Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur mengajak pihak terkait mengelola Daerah Aliran Sungai (DAS) secara baik agar mampu menciptakan lingkungan asri, sekaligus mampu mengimbangi kompleksitas sosial, budaya, dan pola pembangunan wilayah.
"Pengelolaan DAS telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam proses pembangunan wilayah," ujar Plt Kepala Dishut Provinsi Kaltim Joko Istanto saat membuka Focus Group Discussion (FGD) Kajian Pengelolaan DAS dan Ekosistem Air Tawar DAS Mahakam di Samarinda, Kamis.
Pihak yang diminta mengelola DAS secara baik tersebut adalah Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Mahakam Berau, Balai Wilayah Sungai Mahakam IV, Forum DAS Kaltim, dan pihak lain yang terkait.
DAS yang dikelola sesuai dengan daya dukung dan nilai ambang batas, akan dapat memberikan kemanfaatan jangka panjang bagi manusia yang tinggal di kawasan tersebut, namun pemenuhan kebutuhan tempat tinggal dan orientasi ekonomi sering berbenturan dengan upaya pengelolaan DAS.
Untuk itu, katanya, pengelolaan DAS perlu direncanakan secara komprehensif dan sistematis, harapannya adalah agar dapat memberikan kemanfaatan yang nyata bagi ekosistem.
Ia mengatakan, Sungai Mahakam yang merupakan salah satu sungai dengan kepemilikan DAS terbanyak di Indonesia, bukan sekadar isu lokal dalam pengelolaannya, namun merupakan isu nasional, bahkan internasional karena di kawasan paling hulu berbatasan dengan Malaysia, sedangkan bagian hilir ada kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Sementara Mislan, Ketua Forum DAS Provinsi Kaltim mengatakan, peran ekosistem DAS dalam siklus ekonomi, hidrologi, maupun karbon global merupakan hal yang menjadi perhatian khusus bagi para pembuat kebijakan lingkungan.
Sebagian besar hutan di Provinsi Kaltim atau 65,3 persen telah terbagi dalam wilayah konsesi (Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, 2016), sehingga hutan yang kaya akan keanekaragaman hayati telah berubah.
Pihak yang mengalami dampak utama dari gangguan suatu DAS Mahakam adalah masyarakat di wilayah hilir, sebagai contoh akibat tingginya frekuensi kejadian banjir.
Sementara itu, Provincial Governance Senior Manager Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) Niel Makinudin mengatakan, pengelolaan DAS atau sumber air sudah semestinya dikelola dengan baik karena air merupakan sumber utama dalam kehidupan.
"Dalam Al-Quran, berdasarkan hitungan saya, tidak kurang dari 20 ayat yang menyebut tentang air baik secara implisit maupun eksplisit. Jika sesuatu itu disebut berulang-ulang, berarti itu sangat penting, maka kita harus bijak dalam mengelola sumber daya air," ucap Niel.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2022
"Pengelolaan DAS telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam proses pembangunan wilayah," ujar Plt Kepala Dishut Provinsi Kaltim Joko Istanto saat membuka Focus Group Discussion (FGD) Kajian Pengelolaan DAS dan Ekosistem Air Tawar DAS Mahakam di Samarinda, Kamis.
Pihak yang diminta mengelola DAS secara baik tersebut adalah Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Mahakam Berau, Balai Wilayah Sungai Mahakam IV, Forum DAS Kaltim, dan pihak lain yang terkait.
DAS yang dikelola sesuai dengan daya dukung dan nilai ambang batas, akan dapat memberikan kemanfaatan jangka panjang bagi manusia yang tinggal di kawasan tersebut, namun pemenuhan kebutuhan tempat tinggal dan orientasi ekonomi sering berbenturan dengan upaya pengelolaan DAS.
Untuk itu, katanya, pengelolaan DAS perlu direncanakan secara komprehensif dan sistematis, harapannya adalah agar dapat memberikan kemanfaatan yang nyata bagi ekosistem.
Ia mengatakan, Sungai Mahakam yang merupakan salah satu sungai dengan kepemilikan DAS terbanyak di Indonesia, bukan sekadar isu lokal dalam pengelolaannya, namun merupakan isu nasional, bahkan internasional karena di kawasan paling hulu berbatasan dengan Malaysia, sedangkan bagian hilir ada kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Sementara Mislan, Ketua Forum DAS Provinsi Kaltim mengatakan, peran ekosistem DAS dalam siklus ekonomi, hidrologi, maupun karbon global merupakan hal yang menjadi perhatian khusus bagi para pembuat kebijakan lingkungan.
Sebagian besar hutan di Provinsi Kaltim atau 65,3 persen telah terbagi dalam wilayah konsesi (Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, 2016), sehingga hutan yang kaya akan keanekaragaman hayati telah berubah.
Pihak yang mengalami dampak utama dari gangguan suatu DAS Mahakam adalah masyarakat di wilayah hilir, sebagai contoh akibat tingginya frekuensi kejadian banjir.
Sementara itu, Provincial Governance Senior Manager Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) Niel Makinudin mengatakan, pengelolaan DAS atau sumber air sudah semestinya dikelola dengan baik karena air merupakan sumber utama dalam kehidupan.
"Dalam Al-Quran, berdasarkan hitungan saya, tidak kurang dari 20 ayat yang menyebut tentang air baik secara implisit maupun eksplisit. Jika sesuatu itu disebut berulang-ulang, berarti itu sangat penting, maka kita harus bijak dalam mengelola sumber daya air," ucap Niel.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2022