Sebanyak 31 kasus yang terkonfirmasi demam berdarah dengue (DBD) di Kota Surabaya, Jawa Timur, selama bulan Januari 2022, mayoritas menyerang anak usia 5 tahun hingga 14 tahun.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya Nanik Sukristina di Surabaya, Rabu, mengatakan, mengingat cepatnya perubahan kondisi klinis pasien DBD, maka diharapkan masyarakat segera melakukan pemeriksaan laboratorium rutin terhadap kasus demam lebih dari 3 hari.

"Tentunya dengan gejala yang mengarah ke infeksi dengue seperti nyeri kepala, mual, nyeri otot, nyeri di belakang bola mata dan adanya bercak kemerahan di kulit," katanya.

Apabila sudah didiagnosa positif DBD, lanjut dia, maka segera melaporkan ke puskesmas terdekat atau ke kelurahan atau kecamatan untuk segera dilakukan penyelidikan epidemiologi, yaitu kegiatan pencarian penderita demam serta pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD di rumah penderita dan rumah sekitarnya dalam radius 100 meter.

Setelah itu, kata dia, penyelidikan epidemiologi juga akan dilanjutkan dengan penanggulangan fokus yang terdiri dari penguatan PSN. Hal ini penting dilakukan untuk memastikan benar-benar tidak ada jentik nyamuk, lavarsidasi selektif untuk memberantas jentik penampungan air yang sulit dikuras, dan juga fogging fokus untuk memutus mata rantai penularan apabila ditemukan adanya jentik atau nyamuk penular di wilayah tersebut.

"Selanjutnya, upaya penting yang harus dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit DBD adalah Gerakan 3M Plus dan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik secara serentak dan terus menerus oleh seluruh masyarakat bersama stakeholder, mulai dari tingkat RT/RW, kelurahan, kecamatan bersama dengan puskesmas dan kader kesehatan lainnya," ujarnya.

Selain itu, kata dia, dapat pula dilakukan upaya pencegahan lainnya untuk mengurangi risiko tergigit nyamuk. Salah satunya dengan menanam tanaman pengusir nyamuk, memelihara ikan pemakan jentik, memasang kasa nyamuk, menggunakan kelambu, menggunakan lotion anti nyamuk, menggunakan baju panjang, serta menghindari menumpuk barang-barang dan menggantung pakaian, karena itu akan menjadi tempat peristirahatan nyamuk.

Menurut Nanik, kondisi musim penghujan dengan curah hujan yang tidak menentu disertai cuaca panas, memang menimbulkan potensi peningkatan populasi nyamuk dan tingkat agresivitas nyamuk vektor atau pembawa virus dengue. Makanya, kasus DBD di Kota Surabaya juga mengalami peningkatan di awal Januari 2022.

Oleh karena itu, Naniek mengimbau seluruh warga Surabaya untuk waspada dengan menjaga kebersihan lingkungan dan memastikan tidak ada jentik di lingkungannya masing-masing, baik di dalam maupun di luar rumah.

Ia juga memastikan bahwa Pemkot Surabaya akan terus menguatkan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit DBD. Salah satunya dengan melakukan kerja bakti massal dan PSN serentak untuk memberantas tempat berkembangbiaknya nyamuk, menguatkan peran dan fungsi kader kesehatan untuk memantau lingkungan di masyarakat.

Selain itu, Dinkes akan terus melakukan konsultasi dengan ahli/pakar terkait perkembangan kondisi Infeksi Dengue di Indonesia, melakukan pemeriksaan identifikasi spesies jentik di Kota Surabaya dari beberapa habitat potensial lain, selain air bersih yang dicurigai berisiko menjadi tempat berkembangbiaknya jentik aedes seperti genangan di selokan atau parit.

"Berbagai upaya ini penting supaya kita bisa melakukan pencegahan yang lebih optimal. Jadi, ayo kami bersama-sama mencegah DBD dengan memberantas jentik,” katanya. (*)
 

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Gunawan Wibisono


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2022