Pengamat olahraga Djoko Pekik Irianto menilai bahwa Komite Olimpiade Indonesia (KOI) harus bekerja keras untuk mempertahankan agar angkat besi tetap dipertandingkan di Olimpiade.
Pernyataan tersebut disampaikan Djoko menanggapi posisi angkat besi yang terancam tidak akan lagi dipertandingkan di Olimpiade Los Angeles 2028 karena skandal korupsi dan doping berkepanjangan yang menjerat Federasi Angkat Besi Dunia (IWF).
"Untuk menyelamatkan cabang angkat besi agar tetap dipertandingkan di Olimpiade perlu kerja keras KOI kepada Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan federasi nasional angkat besi PB PABSI ke IWF tentu dengan dukungan pemerintah RI," kata Djoko dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.
Djoko yang juga merupakan Ketua Asosiasi Profesor Keolahragaan Indonesia (APKORI) itu menjelaskan bahwa isu mengenai nasib angkat besi di ajang Olimpiade juga menjadi tantangan berat bagi Indonesia yang saat ini sedang menggelorakan Perpres 86 Tahun 2021 tentang Desain Besar Olahraga Nasional (DBON).
Dalam DBON, pemerintah telah menetapkan target Indonesia bisa menduduki peringkat lima besar di Olimpiade 2044.
Apabila angkat besi tidak lagi dipertandingkan maka sulit bagi Merah Putih untuk bisa mencapai target tersebut, kata Djoko, mengingat angkat besi merupakan salah satu cabang unggulan Indonesia dalam menyumbangkan medali di pesta olahraga terakbar di dunia itu.
"Secara statistik untuk mencapai lima besar di Olimpiade, Indonesia harus meloloskan minimal 248 atletnya dan meraih minimal 13 medali emas," ujar dia.
Presiden IOC Thomas Bach sebelumnya mengatakan bahwa angkat besi menjadi satu dari tiga cabang yang tidak masuk dalam 28 cabang olahraga yang diusulkan pada program awal Olimpiade Los Angeles, dan harus memenuhi kriteria tertentu pada Olimpiade Paris untuk dapat dimasukkan dalam daftar tersebut.
IWF telah mendapat peringatan dari IOC karena tak kunjung mengikuti rekomendasi yang diberikan dan harus mengatasi perubahan budaya dan masalah utama doping mereka, sekaligus minta mereformasi organisasi atau terancam tidak akan tampil di Olimpiade.
"IWF dan kepemimpinannya di masa depan harus menunjukkan transisinya menuju kepatuhan dan perubahan budaya yang efektif," kata Bach.
"Federasi harus mengatasi insiden historis doping... dan memastikan integritas dan kekokohan anti-doping."
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2021
Pernyataan tersebut disampaikan Djoko menanggapi posisi angkat besi yang terancam tidak akan lagi dipertandingkan di Olimpiade Los Angeles 2028 karena skandal korupsi dan doping berkepanjangan yang menjerat Federasi Angkat Besi Dunia (IWF).
"Untuk menyelamatkan cabang angkat besi agar tetap dipertandingkan di Olimpiade perlu kerja keras KOI kepada Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan federasi nasional angkat besi PB PABSI ke IWF tentu dengan dukungan pemerintah RI," kata Djoko dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.
Djoko yang juga merupakan Ketua Asosiasi Profesor Keolahragaan Indonesia (APKORI) itu menjelaskan bahwa isu mengenai nasib angkat besi di ajang Olimpiade juga menjadi tantangan berat bagi Indonesia yang saat ini sedang menggelorakan Perpres 86 Tahun 2021 tentang Desain Besar Olahraga Nasional (DBON).
Dalam DBON, pemerintah telah menetapkan target Indonesia bisa menduduki peringkat lima besar di Olimpiade 2044.
Apabila angkat besi tidak lagi dipertandingkan maka sulit bagi Merah Putih untuk bisa mencapai target tersebut, kata Djoko, mengingat angkat besi merupakan salah satu cabang unggulan Indonesia dalam menyumbangkan medali di pesta olahraga terakbar di dunia itu.
"Secara statistik untuk mencapai lima besar di Olimpiade, Indonesia harus meloloskan minimal 248 atletnya dan meraih minimal 13 medali emas," ujar dia.
Presiden IOC Thomas Bach sebelumnya mengatakan bahwa angkat besi menjadi satu dari tiga cabang yang tidak masuk dalam 28 cabang olahraga yang diusulkan pada program awal Olimpiade Los Angeles, dan harus memenuhi kriteria tertentu pada Olimpiade Paris untuk dapat dimasukkan dalam daftar tersebut.
IWF telah mendapat peringatan dari IOC karena tak kunjung mengikuti rekomendasi yang diberikan dan harus mengatasi perubahan budaya dan masalah utama doping mereka, sekaligus minta mereformasi organisasi atau terancam tidak akan tampil di Olimpiade.
"IWF dan kepemimpinannya di masa depan harus menunjukkan transisinya menuju kepatuhan dan perubahan budaya yang efektif," kata Bach.
"Federasi harus mengatasi insiden historis doping... dan memastikan integritas dan kekokohan anti-doping."
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2021