Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) bersama Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendesain ulang tambak udang ke ukuran kecil dengan produktivitas tinggi di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur (Kaltim).


"Selain mendesain ulang tambak udang ke ukuran lebih kecil, kami juga menggabungkan dengan restorasi hidrologi mangrove," kata Direktur Eksekutif YKAN Herlina Hartanto melalui rilis yang diterima, Minggu.

Desain ulang tambak udang ini dilakukan di Kampung Pegat Batumbuk, Kecamatan Pulau Derawan, Kabupaten Berau, Kaltim, sejak 1 Desember 2021.

Hal ini dilakukan karena alih fungsi lahan berupa pembukaan tambak udang yang tidak terencana di lokasi itu menjadi pendorong utama deforestasi mangrove.

Perubahan alih fungsi lahan mangrove ini dapat menimbulkan dampak negatif bagi ekosistem, sekaligus mengancam sumber penghidupan masyarakat pesisir.

"Untuk mengatasinya, kemudian YKAN bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan memperkenalkan pendekatan Secure (Shrimp-Carbon Aquaculture)," ujarnya.

Melalui pendekatan Secure, saat ini telah direstorasi 10 hektare tambak udang aktif menjadi 2 hektare. Sisanya yang 8 hektare digunakan area restorasi mangrove untuk mendukung pakan alami untuk udang, ikan, dan mengurangi emisi karbon.

Pendekatan Secure diyakini membantu meningkatkan produktivitas tambak dengan melibatkan masyarakat setempat, terutama dalam merestorasi sebagian tambak yang tidak produktif menjadi mangrove yang sehat kembali.

Menurutnya, pengelolaan tambak berkelanjutan di Kampung Pegat Batumbuk ini juga didukung oleh PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII), sehingga ia percaya bahwa upaya kolaboratif menjadi kunci dalam melakukan konservasi alam sekaligus meningkatkan produktivitas udang.

Sementara itu Direktur Program Kelautan YKAN Muhammad Ilman mengatakan Kabupaten Berau tercatat sebagai wilayah yang memiliki ekosistem mangrove terluas Kaltim.

Namun pembukaan tambak udang yang tidak terencana menjadi pendorong utama deforestasi mangrove, karena sebagian besar tambak udang di Delta Berau berukuran besar, mulai dari 5 hingga 25 hektare.

"Luasnya tambak ini berbanding terbalik dengan produktivitasnya yang hanya 27 kg per hektareha per siklus. Produktivitas yang rendah ini menjadi salah satu alasan untuk membuka tambak udang baru demi mendapatkan lebih banyak manfaat ekonomi, sehingga pendekatan Secure menjadi solusi," ujarnya.
 

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2021