Samarinda (ANTARA Kaltim) - Mencetak sawah 1.500 hektare per tahun yang diupayakan Pemprov Kaltim tidak sebanding dengan alih fungsi atau konversi lahan pertanian untuk tambang dan kegiatan lain. Setiap tahun lahan pertanian Kaltim yang dikonversi mencapai 2.605 hektare.

Kaltim memiliki potensi lahan sawah cukup besar, yakni mencapai 206.480 hektare, sedangkan luas lahan bukan sawah mencapai 22.655.420 hektare. Hingga saat ini Kaltim berhasil mencetak sawah seluas 4.034,5 hektare dan yang sedang berjalan sejak tahun anggaran 2010 seluas 975 hektare.

Nah, yang menjadi perhatian adalah jika lahan seluas 206.480 hektare itu telah berhasil dicetak menjadi sawah aktif. Akankah Kaltim mampu mengelolanya?

"Kuncinya, totalitas pemerintah akan konsentrasi semua lini pertanian itu dan bagaimana penerapan teknologi yang mengimbanginya," tegas anggota Komisi II dari Fraksi Patriot Bintang Demokrasi (PBD), Ismail, Selasa (5/2). 

Teknologi disebutnya jadi syarat mutlak kemajuan pertanian. Prosesnya juga tidak bisa instan. Harus ada proses pemahaman antara Pemprov lewat instansi terkait, pemerintah kabupaten/kota dan petani itu sendiri. Semakin cepat diterapkan merata, semakin cepat penuaian hasilnya.

Meski belum merata dan terbatas, Kaltim sebenarnya sudah dibekali teknologi seperti pemanfaatan penggunaan alat Global Positioning System (GPS). menjelaskan teknologi penginderaan jauh untuk pertanian dengan menggunakan GPS memiliki banyak kegunaan antara lain memonitor berbagai kondisi tanaman di lapangan seperti luas lahan, estimasi produksi, deteksi hama dan penyakit tanaman, mengetahui kebutuhan pupuk, kebutuhan air dan menduga sifat tanah.

"Aplikasi teknologi sangat vital untuk pemantauan kondisi tanaman, pengaruh banjir dan kekeringan serta keterlambatan masa tanam padi. Bahkan juga pada pada hal yang bersifat teknis seperti takaran pupuk, pestisida hingga pada modernisasi proses pengolahan pasca panen," beber Ismail.

Dia juga memaparkan, bukan hal mudah untuk mencapai titik swasembada efektif. Tapi, dengan dukungan pemprov berikut alokasi dana memadai disertai penerapan teknologi tepat guna, hal itu bukan tak mungkin tercapai.

"Biar dana cukup, tapi bila teknologi tidak disertakan. Pada akhirnya swasembada pertanian hanya tinggal harapan. Tidaklah mengherankan jika tanpa teknologi mumpuni, pertanian kita tertinggal jauh dengan daerah lain baik dari sisi efektifitas dan waktu proses, terlebih kualitas hasilnya. Inilah yang harus jadi perhatian kita semua," pesan Ismail. (Humas DPRD Kaltim/adv/dhi/mir)

Pewarta:

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013