Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Balikpapan Hash House Harriers (BHHH), klub lari lintas alam di Balikpapan, Kalimantan Timur, membuat tradisi yang susah ditiru, yakni lari pagi di hari pertama tahun baru.

Setiap 1 Januari, para pelari berbagai bangsa yang bergabung di klub yang sudah berusia 37 tahun itu akan memulai lari tepat pukul 00.00 Greenwich Meridien Time (GMT) atau tepat pukul 08.00 Waktu Indonesia Tengah (Wita).

Karena itu, lari pagi tanggal 1 Januari 2013 ini menjadi bukan sekadar lari pagi. "Ini lari spesial karena inilah the 'first hash run in the world', lari hash pertama di dunia untuk tahun ini," kata Outhouse, Grand Master (GM) BHHH.

Outhouse adalah julukan untuk Johny Soselisa, yang sudah berlari bersama BHHH lebih dari 30 tahun. Lari hash adalah lari lintas alam dengan mengikuti tanda jejak yang dibuat seorang atau beberapa orang pelari beberapa lama sebelumnya.

Menurut Outhouse, lari mulai pukul 08.00 Wita yang digelar BHHH setiap tanggal 1 Januari itu menjadi lari lintas alam pertama di dunia karena faktor geografis dan tekad kuat.

"Kalau soal lari saja sebenarnya gampang. Apalagi hal bangun pagi. Tapi bangun pagi, kemudian lari pagi, nah itu yang susah," sambung Mother Trucker, julukan untuk pelari senior BHHH Johny Patimasang.

Lebih tidak gampang lagi setelah semalaman pesta tahun baru, dimana kebanyakan orang memilih begadang dan baru tidur pukul tiga atau empat dinihari.

Karena itulah, jelas Mother Trucker, meski di Australia yang punya wilayah yang waktunya satu jam dan dua jam lebih dahulu daripada Balikpapan, dan juga banyak memiliki klub hash, tidak ada yang bisa membuat tradisi yang sama.

Dengan alasan yang sama itu pula, terkapar setelah pesta tahun baru, tradisi lari pagi ini juga susah diikuti klub-klub hash atau klub lari lintas alam yang berada lebih ke timur dari Balikpapan seperti Makassar Hash atau Manado Hash.

"Jadi perlu tekad tersendiri," ujar Mother Trucker, yang sudah berlari bersama BHHH lebih dari 1.600 kali.

Dalam hal geografis, setelah Australia hingga batas tanggal internasional atau 180 derajat Bujur Timur, belum terdengar ada klub hash atau klub lari lintas alam dengan cara hash di negara-negara di Samudera Pasifik.

"Kalau Hawaii kan berada di sebelah garis tanggal itu, justru ketinggalan 24 jam karena di sana masih tanggal 31 Desember," senyum Mother Trucker yang juga salah satu dedengkot penyelam di Balikpapan dan Kalimantan Timur itu.


Lari Spesial

Lari reguler atau lari biasa bagi Balikpapan HHH adalah setiap Senin sore, di mana lari dimulai pukul 17.15 Wita. Pada lari regular ini umumnya hanya disediakan minuman saja setelah setiap anggota membayar "running fee" sebesar Rp20 ribu.

Karena lari spesial, lari setiap tanggal 1 Januari memang berbeda dari lari biasa. Selain waktunya yang pagi hari, pada hari ini ada banyak makanan, berbagai suvenir dan hadiah, hingga teman pelari yang lama tak kelihatan yang muncul kembali.

Untuk tahun baru 2013 ini lari dimulai dari halaman Borneo Fishing Club-Attila's Bar di Jalan Jenderal Sudirman, Stal Kuda.

Para hasher, sebutan untuk para pelari, sudah berkumpul sejak pukul 07.30 Wita.

"Ada sarapan pagi, kalau mau. Nanti juga ada makan siang," kata Anker Away, julukan atau nama hash untuk Panghadi, pengusaha yang mengurusi keuangan BHHH.

Yang disebut menu sarapan ternyata bakso. Istri Attila, Wulan, sudah menyiapkan berpuluh-puluh mangkok untuk para pelari yang kelaparan.

"Masih pagi, semua masih ingin olahraga. Paling nanti setelah mereka selesai lari, baru mau makan," kata Nenny, waiter Attila's Bar yang pagi itu memaksa dirinya untuk bangun pagi setelah begadang semalaman di pesta tahun baru.

Setelah pidato singkat GM, ucapan selamat tahun baru dan harapan-harapan baru, lebih kurang seratusan pelari yang hampir seluruhnya laki-laki berangkat. Untuk 10 menit pertama, rute menyusuri Jalan Marsma R Iswahjudi sampai pertigaan di mana biasa ada pasar yang disebut Pasar Butun.

"Dari situ menyeberang, masuk gerbang dan naik tanjakan ke kampung orang Butun itu," kata Talker alis Salam yang membuat jalur lari hari itu. Ia sudah memberi tanda untuk diikuti, yaitu taburan kertas-kertas kecil berwarna putih dan kuning.

Mengikuti jejak kertas tersebut, para pelari berlari di gang-gang sempit, lalu masuk ke jalan utama hingga keluar kampung itu untuk memasuki ujung perumahan Bukit Damai Sentosa di bagian yang belum sepenuhnya dibangun.

Taburan kertas yang dibuat Talker menyisiri perumahan, turun ke lembah, dan naik di bekas kebun yang sudah digusur untuk jadi perumahan berikutnya, hingga ke belakang komplek Total Indonesie, tak jauh dari Bandara Internasional Sepinggan.

"Dari situ, jalannya akan berputar-putar seperti spiral, mengikuti jalan setapak di antara kebun jagung, kebun singkong, hingga keluar di samping Gereja Bethany di Jalan Sjarifuddin Joes," lanjut Talker.

Dari sana, tinggal mengkuti jalan aspal kembali ke Bukit Damai Sentosa dengan memotong jalan di Bukit Damai Indah, kembali ke Kampung Butun itu, dan keluar persis di gerbang masuk tadi.

"Total jaraknya 16 km lebih," kata Blind Condom, hasher yang baru memulai lari pukul 08.20 Wita. Sepanjang jalan ia mengaktifkan fungsi pedometer di ponselnya untuk menghitung jarak itu.

Hasher yang bisa kembali ke gerbang antara pukul 09.00-10.00 Wita akan mendapati panitia dengan mobil pickup menunggu di gerbang itu.

"Kami membagikan kaus tanda peringatan lari hari ini," kata Raunch, penggemar burung berkicau yang bernama asli Rasyid. Ada dua kaus yang dibagikan hari itu, yang berwarna oranye dan berwarna biru muda.

Garmbar yang ada di kaus berwarna biru muda mengingatkan pada gambar yang biasa untuk mengejek teori evolusi oleh orang yang salah paham tentang apa yang disampaikan Charles Darwin tersebut.

Di kaus itu, dalam siluet, evolusi dimulai dari kera yang berjalan dengan tangan dan kakinya, dan diakhiri dengan hasher berperut gendut yang berlari di ujung satunya.

"Si Kera itu First Time, yang hasher gendut ini First Run," kata Raunch terkekeh.

Kembali ke tempat berkumpul di halaman samping Attila's Bar, pada pukul 10.00 Wita, circle atau ritual minum telah dimulai. Para hasher mengeliling mimbar yang disebut pulpit dimana GM berdiri, memanggil nama hash atau julukan setiap orang, meminta bernyanyi, menceritakan humor, menghukum mereka yang ketahuan memintas jalan, atau memuji panitia yang sudah bekerja maksimal seperti Anker Away, Talker, dan Raunch.

Beberapa orang komplain tentang rute yang dianggap terlalu jauh. Lalu Stencil, seorang hasher senior lainnya, meminta semua orang untuk berlutut dan mendengarkan doa yang disampaikannya.

Untuk lari spesial ini, Balikpapan Hash House Harriers kedatangan bekas GM-nya, Chocolate Logger, panggilan untuk Andrew Mynors, pria Inggris yang lama bekerja untuk Geoprolog di Balikpapan sebelum pindah ke Kuala Lumpur, Malaysia di tahun 2006.

"Liburan tahun baru, saya bawa istri dan anak-anak sekalian," kata Chocolate Logger seraya tersenyum lebar. Istrinya seorang Banjar yang lama tinggal di Tarakan dan jago memasak Soto Banjar yang terkenal itu.

Circle itu penuh canda tawa dengan banyak tingkah konyol. Setiap orang seperti memanfaatkan kesempatan ini untuk membuang stress dan menyegarkan diri kembali.

Chocolate Logger yang tak henti tergelak sepanjang ritual hash itu menutup circle pukul 11.00 Wita, ketika panas matahari mulai terik dan terasa membakar kulit. Hasher yang tersisa, setelah sepanjang circle satu per satu menghilang pulang, menyanyikan lagu himne penutup acara, Swing Low Sweet Chariot.

"Sampai jumpa tahun depan," salam Chocolate Logger. (*)

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013