Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (Komnas KIPI) telah menangani total 229 laporan KIPI serius yang diduga berkaitan dengan vaksin COVID-19 jenis Sinovac dan AstraZeneca selama program imunisasi di Indonesia.
"Kejadian mulai tahun lalu sampai 16 Mei 2021. Laporan KIPI serius berjumlah 229 laporan, terdiri atas Sinovac 211 laporan dan AstraZeneca ada 18 laporan," kata Ketua Komnas KIPI, Hindra Irawan Satari dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi IX DPR RI di Senayan, Jakarta, Kamis siang.
Dalam rapat yang disiarkan secara langsung dan dipantau ANTARA di Jakarta, Hindra melaporkan kejadian KIPI nonserius yang ditangani selama periode yang sama, berjumlah 10.627 laporan. Terbagi atas vaksin Sinovac 9.738 laporan dan AstraZeneca 889 laporan.
Hindra mengatakan definisi KIPI serius sesuai pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), adalah semua kejadian medik yang terjadi setelah imunisasi yang menyebabkan seseorang harus menjalani rawat inap, kecacatan, kematian serta menimbulkan keresahan masyarakat.
Sedangkan KIPI nonserius adalah semua kejadian medik yang terjadi setelah imunisasi namun tidak menimbulkan risiko potensial pada kesehatan penerima vaksin.
Hindra mengatakan dari seluruh laporan KIPI yang masuk dan ditangani, yang menonjol adalah reaksi yang berhubungan dengan kecemasan.
"Meskipun angkatan bersenjata, meskipun anggota Polri, seorang dokter yang atletis, terhadap jarum suntik reaksinya berbeda. Saya juga terkejut. Saya pikir hanya anak-anak saja yang jerit-jerit saat imunisasi, kemudian diberi mainan dia lupa," kata dokter spesialis anak di RSCM Jakarta itu.
Situasi yang menonjol lainnya adalah reaksi kebetulan yang dikaitkan dengan imunisasi. "Sehari setelah imunisasi bahkan sampai empat tahun setelah imunisasi tetap dikaitkan," katanya.
Seluruh laporan terkait kejadian KIPI tersebut dilaporkan oleh Komisi Daerah (Komda) KIPI di setiap daerah, masyarakat hingga media massa.
Laporan tersebut kemudian ditindaklanjuti jajaran Komnas KIPI, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta Kementerian Kesehatan melalui tindakan surveilans untuk mengetahui hubungan imunisasi dengan KIPI.
"Hal terpenting dalam pemantauan KIPI adalah menyediakan informasi KIPI secara lengkap, agar dengan cepat dinilai dan dianalisa untuk mengidentifikasi dan merespons suatu masalah," katanya.
Hindra menambahkan, Komnas KIPI telah memberikan pelatihan kepada lebih dari 30 ribu petugas medis, sehingga KIPI serius semua dapat ditanggulangi dengan optimal sehingga tidak ada yang berakibat fatal.
"Saya sampaikan penghargaan kepada teman-teman di daerah, semua yang kegawatdaruratan ditangani dirawat dan responsnya bagus sehingga semua dapat tertolong," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2021
"Kejadian mulai tahun lalu sampai 16 Mei 2021. Laporan KIPI serius berjumlah 229 laporan, terdiri atas Sinovac 211 laporan dan AstraZeneca ada 18 laporan," kata Ketua Komnas KIPI, Hindra Irawan Satari dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi IX DPR RI di Senayan, Jakarta, Kamis siang.
Dalam rapat yang disiarkan secara langsung dan dipantau ANTARA di Jakarta, Hindra melaporkan kejadian KIPI nonserius yang ditangani selama periode yang sama, berjumlah 10.627 laporan. Terbagi atas vaksin Sinovac 9.738 laporan dan AstraZeneca 889 laporan.
Hindra mengatakan definisi KIPI serius sesuai pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), adalah semua kejadian medik yang terjadi setelah imunisasi yang menyebabkan seseorang harus menjalani rawat inap, kecacatan, kematian serta menimbulkan keresahan masyarakat.
Sedangkan KIPI nonserius adalah semua kejadian medik yang terjadi setelah imunisasi namun tidak menimbulkan risiko potensial pada kesehatan penerima vaksin.
Hindra mengatakan dari seluruh laporan KIPI yang masuk dan ditangani, yang menonjol adalah reaksi yang berhubungan dengan kecemasan.
"Meskipun angkatan bersenjata, meskipun anggota Polri, seorang dokter yang atletis, terhadap jarum suntik reaksinya berbeda. Saya juga terkejut. Saya pikir hanya anak-anak saja yang jerit-jerit saat imunisasi, kemudian diberi mainan dia lupa," kata dokter spesialis anak di RSCM Jakarta itu.
Situasi yang menonjol lainnya adalah reaksi kebetulan yang dikaitkan dengan imunisasi. "Sehari setelah imunisasi bahkan sampai empat tahun setelah imunisasi tetap dikaitkan," katanya.
Seluruh laporan terkait kejadian KIPI tersebut dilaporkan oleh Komisi Daerah (Komda) KIPI di setiap daerah, masyarakat hingga media massa.
Laporan tersebut kemudian ditindaklanjuti jajaran Komnas KIPI, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta Kementerian Kesehatan melalui tindakan surveilans untuk mengetahui hubungan imunisasi dengan KIPI.
"Hal terpenting dalam pemantauan KIPI adalah menyediakan informasi KIPI secara lengkap, agar dengan cepat dinilai dan dianalisa untuk mengidentifikasi dan merespons suatu masalah," katanya.
Hindra menambahkan, Komnas KIPI telah memberikan pelatihan kepada lebih dari 30 ribu petugas medis, sehingga KIPI serius semua dapat ditanggulangi dengan optimal sehingga tidak ada yang berakibat fatal.
"Saya sampaikan penghargaan kepada teman-teman di daerah, semua yang kegawatdaruratan ditangani dirawat dan responsnya bagus sehingga semua dapat tertolong," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2021