Kinabalu (ANTARA Kaltim) - Sebanyak 15.700 anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Sabah, Malaysia, telah mendapatkan pendidikan baik melalui sekolah formal maupun non formal.
Jumlah ini berdasarkan akses data yang dimiliki Konsulat Jenderal RI Sabah hingga 2012 ini mulai dari tingkat SD hingga SMP, kata Konsul Jenderal RI Sabah, Soepeno Sahid di Kota Kinabalu, Sabtu.
Menurut dia, 15.700 anak TKI itu dididik pada 152 sekolah yang tersebar pada sejumlah lokasi dalam wilayah Sabah khususnya di perladangan, kilang dan lain-lainnya.
Negeri Sabah Malaysia yang dibagi dalam lima wilayah besar yaitu Pantai Barat, pedalaman, Sandakan, Kudat dan Tawau, Soepeno menyatakan, WNI yang paling mayoritas bekerja di Sandakan dan Tawau.
"Konsentrasi warga kita bekerja di wilayah Sandakan dan Tawau karena lebih senang menjadi pekerja ladang," katanya.
Dengan banyaknya anak-anak TKI yang sudah berhasil mengenyam pendidikan di perantauan (Sabah), dia mengatakan merupakan suatu perkembangan yang sangat menggembirakan dibandingkan pada tahun 2010 lalu.
Pada saat itu, tambah Soepeno, jumlah lembaga pendidikan baru sekitar 17 buah yang terdiri dari Learning Centre (LC), Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) plus satu sekolah yang dikelola "Humana" yaitu sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) asal Denmark yang bergerak dalam bidang pendidikan.
"Keberadaan LSM Humana ini bekerjasama dengan KJRI (Sabah) khusus di wilayah pedalaman atau perkebunan yang jauh dari keramaian. Jadi kita memang sudah kerjasama," ungkapnya.
Jadi sejak 2010 hingga 2012, kata dia, jumlah lembaga pendidikan untuk anak-anak TKI di Sabah mengalami kenaikan sebanyak 134 buah Community Learning Centre (CLC).
"Artinya mengalami kenaikan sekitar 88 persen dari sisi akses pelayanan pendidikan dasar bagi anak-anak TKI," sebut Soepeno.
Walaupun mengalami kemajuan yang cukup pesat, Soepeno mengakui belum mencukupi juga dibandingkan dengan jumlah anak-anak TKI yang sudah memasuki usia sekolah.
"Dari jumlah lembaga yang kita miliki sekarang ini baru langkah awal dan belum bisa menampung semua anak-anak TKI di Sabah. Jadi belum cukup juga," ujarnya.
Sementara jumlah anak TKI yang sudah memasuki usia sekolah di Sabah mencapai 53.600 orang, sehingga yang belum bisa ditampung melalui CLC yang dimiliki saat ini masih ada sekitar 38.000 orang lebih.
Soepeno menegaskan, untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak TKI di Sabah masih membutuhkan kerjasama keras secara bersama-sama termasuk Kementerian Pendidikan RI. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012
Jumlah ini berdasarkan akses data yang dimiliki Konsulat Jenderal RI Sabah hingga 2012 ini mulai dari tingkat SD hingga SMP, kata Konsul Jenderal RI Sabah, Soepeno Sahid di Kota Kinabalu, Sabtu.
Menurut dia, 15.700 anak TKI itu dididik pada 152 sekolah yang tersebar pada sejumlah lokasi dalam wilayah Sabah khususnya di perladangan, kilang dan lain-lainnya.
Negeri Sabah Malaysia yang dibagi dalam lima wilayah besar yaitu Pantai Barat, pedalaman, Sandakan, Kudat dan Tawau, Soepeno menyatakan, WNI yang paling mayoritas bekerja di Sandakan dan Tawau.
"Konsentrasi warga kita bekerja di wilayah Sandakan dan Tawau karena lebih senang menjadi pekerja ladang," katanya.
Dengan banyaknya anak-anak TKI yang sudah berhasil mengenyam pendidikan di perantauan (Sabah), dia mengatakan merupakan suatu perkembangan yang sangat menggembirakan dibandingkan pada tahun 2010 lalu.
Pada saat itu, tambah Soepeno, jumlah lembaga pendidikan baru sekitar 17 buah yang terdiri dari Learning Centre (LC), Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) plus satu sekolah yang dikelola "Humana" yaitu sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) asal Denmark yang bergerak dalam bidang pendidikan.
"Keberadaan LSM Humana ini bekerjasama dengan KJRI (Sabah) khusus di wilayah pedalaman atau perkebunan yang jauh dari keramaian. Jadi kita memang sudah kerjasama," ungkapnya.
Jadi sejak 2010 hingga 2012, kata dia, jumlah lembaga pendidikan untuk anak-anak TKI di Sabah mengalami kenaikan sebanyak 134 buah Community Learning Centre (CLC).
"Artinya mengalami kenaikan sekitar 88 persen dari sisi akses pelayanan pendidikan dasar bagi anak-anak TKI," sebut Soepeno.
Walaupun mengalami kemajuan yang cukup pesat, Soepeno mengakui belum mencukupi juga dibandingkan dengan jumlah anak-anak TKI yang sudah memasuki usia sekolah.
"Dari jumlah lembaga yang kita miliki sekarang ini baru langkah awal dan belum bisa menampung semua anak-anak TKI di Sabah. Jadi belum cukup juga," ujarnya.
Sementara jumlah anak TKI yang sudah memasuki usia sekolah di Sabah mencapai 53.600 orang, sehingga yang belum bisa ditampung melalui CLC yang dimiliki saat ini masih ada sekitar 38.000 orang lebih.
Soepeno menegaskan, untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak TKI di Sabah masih membutuhkan kerjasama keras secara bersama-sama termasuk Kementerian Pendidikan RI. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012