Samarinda (ANTARA Kaltim) - Unjuk rasa puluhan mahasiswa memperingati satu tahun tewasnya Rahmadan alias Madan yang dianiaya polisi di Samarinda, Kalimantan Timur, berakhir ricuh.

Unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa dari PMII dan HMI itu awalnya dilakukan di depan Kampus Universitas Mulawarman Samarinda.

Selain berorasi secara bergantian, mahasiswa juga membakar ban bekas di tengah jalan sambil membentangkan spanduk berisi kecamaman terhadap kekerasan yang dilakukan aparat kepolisian yang menyebabkan tewasnya siswa SMA tersebut.

Mahasiswa kemudian melakukan "long march" atau berjalan kaki menuju Kantor Pengadilan Negeri Samarinda, tempat sidang kasus pembunuhan Rahmadan yang mendudukkan tiga oknum polisi sebagai terdakwa, berlangsung.

Di sepanjang jalan yang dilalui, mahasiswa sempat merusak taman dan sejumlah rambu lalu lintas.

Bahkan, saat berada di depan Samarinda Square, mahasiswa nyaris terlibat keributan dengan warga yang merasa terganggu unjuk rasa tersebut.

Namun, keributan tidak berlanjut dan mahasiswa melanjutkan aksi berjalan kaki menuju Kantor Pengadilan Negeri Samarinda.

Sebelum sampai di depan Kantor Pengadilan Negeri Samarinda, puluhan polisi dan sebuah mobil "water canon" menghadang mahasiswa hingga akhirnya mahasiswa kembali melanjutkan orasi sambil membakar ban bekas di tengah jalan.

"Kami menilai, sudah satu tahun kematian Rahmadan tetapi belum ada kejelasan terkait proses hukumnya. Bahkan, kami mensinyalir adanya rekayasa dalam kasus ini sebab ada sejumlah oknum polisi yang diduga ikut menganiaya Madan hingga tewas tetapi tidak ikut diproses," ungkap Koordinator lapangan aksi unjuk rasa mahasiswa memperingati satu tahun tewasnya Rahmadan alias Madan, siswa sebuah SMA di Samarinda yang dianiaya di Kantor Polresta Samarinda pada 16 Oktober 2011, Haryanto Minda, di sela-sela aksi.

Bentrokan akhinya tidak dapat dihindarkan ketika mahasiswa dan polisi terlibat saling lempar batu.

Mahasiswa kemudian berhasil dipukul mundur setelah mobil "water canon" dikerahkan untuk menghalu massa.

Ironisnya, saat pengejaran oleh polisi berlangsung, sekelompok orang yang diduga preman juga terlihat ikut mengejar mahasiswa yang kabur hingga ke beberapa kantor dan di dalam Samarinda Square.

Massa yang membawa balok dan batu tersebut terlihat sempat memukuli mahasiswa dan warga sehingga sejumlah orang yang diamankan polisi tersebut menderita luka parah.

"Kami menilai, Kapolresta Samarinda dan Kapolda Kaltim harus ikut bertanggung jawab atas tewasnya seorang anak SMA yang dianiaya polisi sehingga kami mendesak Kapolda dan Kapolresta harus dicopot," kata Haryanto Minda.

Bahkan, pada peristiwa itu, dua wartawan televisi nasional ikut terluka salah satunya akibat dipukuli sekelompok preman dan satunya terkena lemparan batu.  (*)

Pewarta: Amirullah

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012