Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Karya Mandiri di Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur tahun ini berhasil menyumbangkan pendapatan asli desa (PADes) Rp14,68 juta, sehingga menggambarkan usahanya sudah memperoleh keuntungan.
 
"Tahun lalu ada tiga unit usaha dalam BUMDes kami, yakni unit perkreditan desa (UPD), penjualan alat tulis kantor (ATK), dan pasar desa," ujar Direktur BUMDes Karya Mandiri Herly First Ayu Octavera, di Desa Suko Mulyo, Kecamatan Sepaku, Sabtu.
 
Untuk UPD, pada 2020 memperoleh hasil bersih senilai Rp48,67 juta, hasil bersih dari ATK senilai Rp11,22 juta, dan hasil bersih dari pasar desa senilai Rp1,33 juta, sehingga pendapatan total sebesar Rp61,17 juta.
 
Sedangkan pengeluarannya adalah untuk operasional sebesar Rp12,23 juta, setoran PADes sebesar Rp14,68 juta, penambahan modal usaha Rp9,78 juta, untuk pengurus dan pegawai BUMDes Rp21,04 juta, dana sosial Rp978,77 ribu.
 
Ia menuturkan, PADes tahun 2021 sebesar Rp14,68 juta ini mengalami penurunan ketimbang tahun 2020 yang tercatat Rp23,65 juta.
 
PADes tahun ini pun lepas dari target yang diinginkan, karena target awal adalah BUMDes yang ia pimpin ini sanggup menyumbangkan PADes Rp20 juta.
 
Turunnya PADes akibat dari turunnya keuntungan dari masing-masing unit usaha, sebagai dampak dari adanya pandemi COVID-19, yakni banyak UMKM di Desa Suko Mulyo yang usahanya macet sehingga berdampak pula macetnya kredit yang harus dicicil ke BUMDes.
 
"Nilai tunggakan (kredit macet) dari belasan nasabah pelaku UMKM pada BUMDes Karya Mandiri di Desa Suko Mulyo, Sepaku hingga 31 Desember 2020 mencapai Rp103,04 juta," katanya pula.
 
Namun, ia terus berusaha agar kredit macet tersebut tetap terbayar, seperti kredit macet yang terjadi beberapa tahun sebelumnya, ketika dia belum menjadi pengurus BUMDes, kini sebagian terbayar.
 
Awal menjadi pengurus BUMDes Karya Mandiri tahun 2018, ia "diwarisi' masalah yang harus dituntaskan, yakni tunggakan dari 42 kreditur dengan total tunggakan sekitar Rp400 juta dari modal awal untuk usaha yang mencapai Rp575 juta.
 
"Selama dua tahun menjadi pengurus BUMDes, kami terus melakukan pendekatan dan membuat berbagai formula, sehingga secara perlahan jumlah penunggak kredit menurun, yakni tahun 2018 tinggal 80 penunggak dan tahun 2020 terdapat 14 penunggak," kata Herly.

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2021