Jakarta (ANTARA News) - Awal Ramadhan lalu Jaksa Agung Israel Yehuda Vainshtein mengeluarkan pernyataan yang mengagetkan umat Islam di seluruh dunia. Betapa tidak! Dia menegaskan bahwa Masjid Al Aqsha di Palestina dan wilayah sekitarnya (Al Quds) adalah bagian tak terpisahkan dari tanah Israel.

Pernyataan resmi pihak Israel itu mendapat kecaman dari berbagai tokoh dunia Islam, termasuk dari Koordinator "Global March to Jerusalem" (GMJ) yang juga Duta Besar Palestina pertama untuk Indonesia, Dr Ribhi Halloum. Ia meminta rakyat Indonesia mewaspadai pengrusakan serius Masjid Al Aqsha menyusul keluarnya pernyataan Jaksa Agung Israel itu.

Dr Ribhi menyampaikan seruannya via email kepada Imam KH Muhyiddin Hamidy, pimpinan Jamaah Muslimin (Hizbullah) dan Pembina Utama jaringan Pesantren Al Fatah, sekaligus Pembina Aqsha Working Group (AWG) yang mensponsori Konferensi Internasional bagi Pembebasan Al Quds dan Palestina di Bandung pada 4-5 Juli 2012.

Imam Hamidy sendiri dihormati oleh para pemimpin Palestina karena perhatiannya yang besar bagi pembebasan Al Quds dan kemerdekaan Palestina, terlebih ia pernah menerobos masuk Gaza melewati blokade Israel untuk mengunjungi Universitas Islam Gaza (UIG).

Kini jaringan Pondok Pesantren Al Fatah yang dipimpin Imam Hamidy dan UIG telah menjalin kerja sama akademis. Pesantren Al Fatah saat ini memiliki jaringan lebih dari 20 pondok pesantren di seluruh Indonesia, mulai dari Bogor, Lampung, Aceh, Kalimantan Timur hingga Maluku Utara dan Maluku, sedangkan santrinya mencapai sekitar 30.000 orang.

Terkait dengan perkembangan terakhir di Palestina, Imam Hamidy mengecam keras pernyataan Jaksa Agung Israel yang mengklaim kepemilikan Israel atas Masjid Al-Aqsha dan daerah sekitarnya itu. Pernyataan provokatif tersebut dinilainya sebagai tindakan nyata Yahudisasi kawasan Masjid Al Aqsha dan sekitarnya.

Klaim Israel itu dinilai sangat mencederai dan menodai kesucian Masjid Al Aqsha, kiblat pertama ummat Islam dan tempat Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW. Klaim tak berdasar itu juga secara nyata melanggar ketentuan kawasan Al Aqsha sebagai warisan dunia yang dilindungi Badan Perserikatan Bangsa Bangsa membidangi pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan (UNESCO).

Ditegaskannya, Israel selama ini telah banyak melakukan tindakan rasisme dan Yahudisasi, mulai dari pembuatan terowongan di bawah Masjid Al Aqsha, permukiman illegal Zionis, dan pendirian sinagog Yahudi di kawasan masjid kedua paling bersejarah bagi kaum Muslimin itu.

Ia juga menjelaskan, berkaitan dengan hasil Konferensi Internasional bagi Pembebasan Al Quds dan Palestina, Tim Syuro Konferensi telah diberi mandat agar mengambil langkah-langkah darurat yang diperlukan dan mendesak umat Islam agar segera mengambil langkah kongkret guna menyelamatkan Masjid Al Aqsha.

Upaya yang ditempuh antara lain dengan menggerakkan Tim Advokasi Muslim Dunia agar mengambil langkah-langkah hukum untuk mengadili kejahatan rezim Zionis Israel. Juga, menyerukan para ulama/khatib/tokoh/ormas Islam dan media massa untuk selalu mengingatkan pentingnya Masjid Al Aqsha bagi umat Islam.

Selain itu, umat Islam diserukan agar bergerak dengan berziarah dan membela Masjid Al Aqsha serta memberikan dukungan doa, dana, dan sumber daya bagi kesucian masjid tersebut serta kawasan di sekitarnya.

Para peserta konferensi yang berasal dari dua puluh negara juga mendesak pimpinan negara-negara Eropa, Asia, Afrika maupun Amerika untuk mengecam keras Zionis Israel serta menghentikan provokasi Yahudisasi tanpa syarat.

Kepada seluruh komponen umat Islam di Palestina, sebagai umat terdekat dengan Masjid Al Aqsha diserukan agar terus merapatkan barisan dalam perjuangan pembebasan Al-Aqsha, sementara kepada seluruh umat Islam dunia diserukan untuk merapatkan barisan secara terpimpin guna mewujudkan pembebasan masjid tersebut serta kemerdekaan Palestina.


Kiblat Pertama

Masjid Al Aqsha adalah salah satu dari sekian banyak situs suci kaum Muslimin, dimana ia merupakan kiblat pertama dalam Islam dan menjadi masjid kedua yang dibangun setelah Masjidil Haram serta masjid ketiga yang terpenting dan utama setelah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Masjid Al-Aqsha terletak di negeri tua di kota Al Quds Palestina.

Al Aqsha juga merupakan salah satu dari tiga masjid yang dianjurkan untuk di kunjungi sebagaimana disebutkan dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhori-Muslim yang artinya: Janganlah kalian bersusah payah untuk melakukan perjalanan kecuali kepada tiga masjid, yaitu Masjidil Haram (di Mekkah), Masjidku ini (An-Nabawi di Madinah), dan Masjidil Aqsha di Palestina.

Sementara itu Imam Masjid Al-Aqsha Dr. Ali Al Abbasy pada Konferensi Internasional bagi Pembebasan Al-Quds dan Palestina di Bandung pada 5 Juli 2012 mengingatkan arti pentingnya Masjid Al-Aqsha, yakni bahwa masjid tersebut dibangun 40 tahun setelah pembangunan Masjidil Haram di Makkah atau masjid kedua yang dibangun di bumi ini.

Masjid Al Aqsha adalah kiblat pertama kaun muslimin, di mana Rasulullah SAW dan para sahabatnya menjadikannya sebagai qiblat mereka dalam jangka waktu sekian lama sampai kemudian Allah memerintahkannya untuk berpindah kiblat ke arah Masjidil Haram. "Bukankah ini merupakan isyarat agar kaum Muslimin tahu betapa tingginya nilai masjid ini?" kata Imam Al Abbasy.

Nabi Muhammad SAW, menurut Imam Masjid Al Aqsha pernah bersabda yang artinya: "Shalat di Masjidil Haram pahalanya adalah seperti shalat seratus ribu kali, dan shalat di masjidku ini (Masjid An-Nabawi) pahalanya seperti shalat seribu kali, dan shalat di Masjid Al Aqsha pahalanya seperti shalat lima ratus kali."

"Terkait dengan Masjid Al-Aqsha, Allah SWT menambahkan firmanNya dengan kalimat `Yang Kami berkahi di dalamnya'. Ini merupakan isyarat yang agung agar ummat Islam tahu bahwa Masjid Al-Aqsha, Al Quds, dan Palestina seluruhnya adalah milik ummat Islam," kata Imam Al-Abbasy.

Ia juga menjelaskan, Al Quds dan Palestina berada dibawah kepemimpinan kaum Muslimin sejak dibebaskan oleh Umar bin Al Khatthab hingga tahun 1948 Masehi atau hampir 1.300-an tahun, selain 70 tahun saja dimana dirampas oleh kaum Salib, lalu berhasil direbut kembali oleh Sholahuddin Al Ayyubi.


Realita Saat Ini

Menurut Imam Al Abbasy, Zionis Israel terus melakukan upaya pengrusakan terhadap Masjid Al Aqsa dan kawasan sekitarnya. Bahkan, Michael Rohan, seorang Yahudi berkebangsaan Australia pada 21 Agustus 1969 pernah menyalakan api di Masjid Al Aqsha yang menyebabkan musnahnya mimbar Sholahuddin serta bagian atap sebelah timur dan selatan masjid tersebut.

Bagian Masjid yang terbakar mencapai 1.500 meter persegi dari luas keseluruhan yang mencapai 4.400 meter persegi atau sepertiga dari luas masjid Al Aqsha. Pada saat pembakaran itu, Israel memotong jalur air yang mengalir ke kawasan Al Quds agar tidak bisa digunakan untuk memadamkan api, sementara mobil pemadam kebakaran datang setelah semuanya hangus.

Zionis Israel juga menjual tanah wakaf dan tanah yang tidak diketahui pemiliknya serta mengubah susunan penduduk dengan mengusir warga Palestina, selain juga merebut tanda kependudukan warga asli dan menganggap mereka sebagai orang asing di tanah sendiri sehingga mengurangi perbandingan jumlah penduduk Palestina.

Mereka juga melakukan penggalian terowongan di bawah Masjid Al Aqsha untuk menggoyahkan pondasi serta merusak bangunannya serta melelehkan lapisan batuan kapur dengan menggunakan bahan kimia untuk mempercepat proses penghancuran sehingga membuat semua situs Islam yang berusia ribuan tahun berada dalam ambang kehancuran.

Upaya pengrusakan dimulai setelah perang tahun 1967, di mana Yahudi menghancurkan kompleks permukiman sebelah barat secara menyeluruh agar tanah tersebut dapat leluasa digunakan untuk berbagai macam usaha penggalian.

Proses penggalian pada tahap ini berlangsung selama satu tahun penuh dengan kedalaman empat belas meter. Dari sekian tahap penggalian, penggalian pada tahap ke-10 adalah yang paling mengkhawatirkan karena bertujuan mengosongkan tanah dan batuan yang ada di bawah Masjid Al Aqsha dan Masjid As-Shokhroh, lalu kedua tempat suci itu dibiarkan berdiri tanpa penyangga.

"Apakah kaum Muslimin akan diam saja melihat perkembangan yang mengkhawatirkan ini? Kata Imam Al Abbasy sambil menambahkan bahwa Masjid Al Aqsha adalah hak kaum Muslimin, sebab mereka adalah pewaris risalah-risalah agama samawi dahulu.

Al Aqsha telah dipilih Allah untuk menjadi simbol bagi risalah Islam, sebuah risalah yang menutup risalah-risalah terdahulu, sedangkan umat Islam beriman kepada seluruh Nabi dan menganggap pengagungan dan penghormatan terhadap mereka sebagai bagian dari rukun Islam.

"Maka, kedamaian di Palestina bahkan di seluruh Timur Tengah tidak akan pernah tercipta kecuali dengan kembalinya hak umat Islam kepada pemiliknya," demikian Imam Masjid Al Aqsha yang sempat mengunjungi Pesantren Al Fatah di Cileungsi Bogor usai menghadiri Konferensi Internasional bagi Pembebasan Al Quds dan Palestina di Bandung pada Juli 2012. (*)

Pewarta: Aat Surya Safaat (ANTARA Jakarta)

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012