Samarinda (ANTARA News Kaltim) - Secara ekonomi mereka boleh bergantung dengan Malaysia. Tapi jangan sekali-sekali mengusik kecintaan mereka pada NKRI. Nasionalisme mereka tetap membara dan sang merah putih terus berkibar di bumi batas negara.

Letih dan Penat rombongan Komisi I yang terdiri atas Wakil Ketua Komisi I, Pdt Yefta Berto, Sekretaris Komisi I, Syaparudin serta anggota Komisi I, Saifuddin DJ dan  H Rakhmat Majid Gani setelah menempuh medan berat dan penuh resiko,  seakan terbayar begitu mereka menginjakkan kaki di Desa Labang, Kecamatan Lumbis Ogong, Kabupaten Nunukan.

Desa tersebut berjarak sekitar 20 menit perjalanan dari Pos Lintas Batas (PLB) Labang dan 45 menit dari situ, rombongan  akan bertemu Desa Bantul, Malaysia. Artinya tinggal selangkah lagi, rombongan bakal mendapati wilayah Negeri Jiran, Malaysia.

Sama halnya akses menuju ke Desa Semunti, Ibukota Kecamatan Lumbis Ogong serta PLB TNI Kostrad di perbukitan simpang Sungai Sedalit, Indonesia  dan Sungai Pansiangan, Malaysia, yang sebelumnya disinggahi rombongan, jalan menuju Desa Labang juga harus melewati bebatuan dan tebing sungai terjal. Anggota rombongan harus berhati-hati melangkah di jalan setapak berundak menuju desa, sebab salah sedikit, bisa terpeleset dan jatuh bergulung-gulung ke sungai.

Hampir semua anggota rombongan kelelahan, begitu sampai di atas. Namun sambutan dari siswa-siswi SD berseragam lengkap merah putih dengan topi dan dasi menjadi hiburan pengurang penat anggota rombongan.
Meski tak berkata-kata, wajah-wajah polos itu seakan ingin memberi tahu rombongan: inilah kami anak-anak di batas negeri, putra-putri Indonesia juga, generasi penerus bangsa.

“Saya terharu mendapat sambutan dari anak-anak SD ini,” kata Wakil Ketua Komisi I, Yefta Berto.

Sampai di balai pertemuan desa, rombongan disambut dengan tari-tarian adat setempat. Para penari cilik mengajak para anggota rombongan menari bersama. Sejumlah anggota rombongan pun tak lupa menyelipkan uang kertas seratus ribuan di ikat kepala beberapa penari cilik tersebut.

“Kedatangan kami ke sini merupakan wujud komitmen DPRD Kaltim, khususnya anggota Komisi I untuk memperhatikan kesejahteraan saudara-saudara kami di perbatasan,” kata Sekretaris Komisi I, Syaparudin.

Sedangkan anggota Komisi I, H Rakhmat Majid Gani, mengatakan bentuk perhatian terhadap masyarakat perbatasan dapat dimulai dari-hari hal-hal kecil.

“ Selain subsidi ongkos angkut, kita juga dapat membantu mereka dengan infrastruktur dasar, seperti pelayanan air bersih dan listrik tenaga surya. Sambil juga dipikirkan membantu peningkatan ekonomi mereka dengan menggali potensi yang ada, sehingga mereka tak terlalu bergantung lagi dengan Malaysia,” kata Rakhmat Majid.

Anggota Komisi I lainnya, Saifuddin DJ, mengusulkan agar Badan Pengelola Kawasan Perbatasan Pedalaman dan Daerah Tertinggal (BPKP2DT) dapat mengkoordinir seluruh camat yang ada di wilayah perbatasan agar dapat bersama-sama memperjuangkan pembangunan di wilayah mereka.

“Sehingga ada peningkatan alokasi anggaran untuk perbatasan. Selain itu, dana yang ada juga  bisa tepat guna dan tepat sasaran,” kata Saifuddin DJ.

Warga Desa Labang menyambut hangat kunjungan rombongan Komisi I. Ini terbukti dengan masing-masing warga tanpa dikomando memberikan suguhan berupa aneka panganan dan minuman. Ada milo, teh dan kopi, serta beragam kudapan berupa kue-kue kering asal Malaysia.
Untuk menghargai warga, Wakil ketua Komisi I, Pdt Yefta Berto yang sebelumnya ikut berpuasa, terpaksa menyantap suguhan minuman warga.
“Gak enak kalau tidak ada yang minum, karena anggota rombongan lain berpuasa,” kata Yefta Berto.

Dua tokoh warga, Sapadan dan Ketua Adat Lumbis Hulu, Pantau, menegaskan berita yang menyebutkan lima desa, yakni Desa Labang, Sumantipal, Ngawol, Lagas dan Bulu Laun Hulu diklaim Malaysia adalah bohong.

“Sejak zaman konfrontasi sampai sekarang kami tetap Indonesia. Pembohong itu yang mengklaim-klaim,” kata Sapadan.

Namun Pantau meminta agar tak ada penggabungan desa di Kecamatan Lumbis Ogong dengan alasan penduduknya sedikit.

“Biarlah tetap ada 49 desa di Lumbis Ogong, karena di masing-masing desa ada wilayah tanah adat yang kami jaga secara turun temurun sejak nenek moyang kami,” kata Pantau. 

Sudah 67 tahun Indonesia merdeka. Mereka belum mendapat banyak dari negeri kaya raya ini. Tapi masyarakat perbatasan sudah menunjukkan nasionalisme yang tetap membara. Sang merah putih pun tetap berkibar di batas negeri. (Humas DPRD Kaltim/adv/m imron rosyadi)

Pewarta:

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012