Tanjung Redeb  (ANTARA News Kaltim) - Hasil survei yang dilakukan tim independen terhadap badan Jalan Bujangga yang amblas beberapa waktu lalu menyimpulkan bahwa jalan sepanjang 1,5 km antara Jembatan Bujangga hingga depan PT Inhutani sebagai daerah yang rawan bencana.

Kabag Humas Pemkab Berau H Mappasikra Mappaseleng SE di Tanjung Redeb, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, Sabtu, mengatakan, menurut Ketua Tim Survey, yakni Prof Indrasurya B Mochtar dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, badan jalan depan Inhutani sekarang juga sudah mengalami pergeseran.

Jadi, lanjut Mappasikra, sepanjang 1,5 kilo meter tersebut tidak bisa dibangun badan jalan yang berkapasitas tonase besar, yang bisa hanya untuk kendaraan kecil atau kendaraan pribadi.

Dalam penanganan masalah turap atau badan jalan Bujangga itu, penanganan ke depan, Tim itu menawarkan tiga pilihan kepada Pemkab Berau.

Pertama relokasi, kedua perbaikan setempat, dan yang ketiga rekayasa sungai. Tetapi dari tiga pilihan tersebut yang ditawarkan tersebut, kata Mappasikra, relokasilah yang paling murah biayanya, sebab kalau diteruskan perbaikan maka Pemkab harus mengeluarkan biaya Rp150 milliar dalam setiap 100 meternya.

"Baik rekayasa setempat, maupun perbaikan setempat," jelasnya.

Sementara kalau itu dilakukan perbaikan, ujarnya, potensi terjadinya bencana ke jalur berikutnya sangat terbuka di daerah ini, mengingat badan jalan di sepanjang daerah itu rawan bencana.

Tetapi dari tiga yang ditawarkan oleh tim tersebut, katanya, relokasi lah yang terhitung paling murah biayanya.

"Sayang nominalnya tidak disebutkan tapi yang jelas relokasi ini paling murah," tutur Mappasikra.

Tetapi meski demikian bukan berarti menghilangkan jalan yang ada, entah bagaimana kedepan nanti, yang jelas jalan ini ke depan untuk jalan lokal, dan bukan untuk kendaraan yang berkapasitas besar.

Sebab kalau kembali ke sejarah, sambung Mappasikra, sepanjang jalan itu dulunya banyak bangunan rumah berdiri di bibir sungai. Karena kondisi badan jalannya tidak aman, dan jalannya terus mengalami pergeseran, akhirnya warga banyak yang pindah dari bibir sungai.

Untuk itu, tidak salah jika Pemkab memilih relokasi yang ditawarkan tim tersebut. Selain biayanya lebih ekonomis, dan masih banyak jalur yang aman di bagian jalur belakang, yang tembus ke Jalan Kedaung.

"Jalan lingkar, Jalan Tarap dan Jalan belakang Inhutani juga dimanfaatkan. Itulah yang nanti dibuat jalan, sehingga ke depan ada pembagian jalur, antara kendaraan kecil dengan kendaraan besar," katanya.

Kendaraan kecil melintas jalur bagian depan, katanya, sementara kendaraan yang berkapasitas besar lewat jalur belakang.  (*)

Pewarta: Helda Mildiana

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012