Badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat, Food and Drug Administration (FDA), kemungkinan akan mengeluarkan persetujuan darurat untuk remdesivir sebagai obat bagi pasien terinfeksi virus corona (COVID-19).
Perkembangan baru itu diungkapkan oleh seorang pejabat senior FDA, menurut New York Times dalam laporannya, dikutip Kamis.
Percobaan federal menunjukkan bahwa pengobatan dengan remdesivir, obat antivirus eksperimental, dapat mempercepat pemulihan pada pasien yang terinfeksi coronavirus, Dr. Anthony S. Fauci, direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, mengatakan pada Rabu (29/4).
Jika benar FDA memberikan persetujuan, maka obat yang dibuat oleh Gilead Sciences itu bisa menjadi obat pertama yang disetujui untuk COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh virus corona baru.
Otorisasi darurat oleh FDA tidak sama dengan persetujuan obat resmi oleh badan itu. Ketika pemerintah federal mengumumkan darurat kesehatan masyarakat, FDA dapat menyetujui obat atau tes tertentu untuk mengatasi keadaan darurat jika tidak ada alternatif lain. Itu adalah kasus dengan coronavirus, karena tidak ada obat yang terbukti efektif melawan virus.
Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa dia berharap FDA segera menyetujui obat tertentu untuk tangani COVID-19.
"Kami ingin semuanya aman, tetapi kami ingin melihat persetujuan yang sangat cepat, terutama dengan hal-hal yang berfungsi," katanya dalam pertemuan dengan eksekutif perusahaan di Gedung Putih.
Sejak dimulainya pandemi COVID-19, FDA telah bekerja untuk memfasilitasi pengembangan dan ketersediaan penanggulangan medis dan peralatan untuk digunakan oleh pasien, penyedia perawatan kesehatan, dan sistem perawatan kesehatan secepat dan seaman mungkin, termasuk perangkat tes darah hingga respirator.
FDA telah bekerja dengan lebih dari 300 pengembang alat tes untuk mendeteksi virus, termasuk banyak yang sudah memberi tahu FDA bahwa mereka telah
mengembangkan tes serologis untuk mengidentifikasi individu yang memiliki antibodi terhadap virus dari masa lalu atau saat ini, COVID-19.
Namun, sampai saat ini belum ada obat yang direkomendasikan khusus untuk pengobatan COVID-19.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2020
Perkembangan baru itu diungkapkan oleh seorang pejabat senior FDA, menurut New York Times dalam laporannya, dikutip Kamis.
Percobaan federal menunjukkan bahwa pengobatan dengan remdesivir, obat antivirus eksperimental, dapat mempercepat pemulihan pada pasien yang terinfeksi coronavirus, Dr. Anthony S. Fauci, direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, mengatakan pada Rabu (29/4).
Jika benar FDA memberikan persetujuan, maka obat yang dibuat oleh Gilead Sciences itu bisa menjadi obat pertama yang disetujui untuk COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh virus corona baru.
Otorisasi darurat oleh FDA tidak sama dengan persetujuan obat resmi oleh badan itu. Ketika pemerintah federal mengumumkan darurat kesehatan masyarakat, FDA dapat menyetujui obat atau tes tertentu untuk mengatasi keadaan darurat jika tidak ada alternatif lain. Itu adalah kasus dengan coronavirus, karena tidak ada obat yang terbukti efektif melawan virus.
Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa dia berharap FDA segera menyetujui obat tertentu untuk tangani COVID-19.
"Kami ingin semuanya aman, tetapi kami ingin melihat persetujuan yang sangat cepat, terutama dengan hal-hal yang berfungsi," katanya dalam pertemuan dengan eksekutif perusahaan di Gedung Putih.
Sejak dimulainya pandemi COVID-19, FDA telah bekerja untuk memfasilitasi pengembangan dan ketersediaan penanggulangan medis dan peralatan untuk digunakan oleh pasien, penyedia perawatan kesehatan, dan sistem perawatan kesehatan secepat dan seaman mungkin, termasuk perangkat tes darah hingga respirator.
FDA telah bekerja dengan lebih dari 300 pengembang alat tes untuk mendeteksi virus, termasuk banyak yang sudah memberi tahu FDA bahwa mereka telah
mengembangkan tes serologis untuk mengidentifikasi individu yang memiliki antibodi terhadap virus dari masa lalu atau saat ini, COVID-19.
Namun, sampai saat ini belum ada obat yang direkomendasikan khusus untuk pengobatan COVID-19.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2020