Samarinda (ANTARA News Kaltim) - Anak usia dini hingga masa usia Taman Kanak-kanak tidak boleh dipaksa belajar membaca, menulis, dan berhitung karena daya fikirnya belum mampu, sehingga cara yang tepat menanganinya adalah dengan bermain sambil belajar.

"Selama ini masih banyak ditemukan orang tua yang memaksa anaknya agar bisa membaca dan menulis, bahkan dipaksa dapat berhitung, padahal cara seperti belum dapat diterima dengan kemampuan IQ anak," ujar Ketua Yayasan Bima Tadzkiya, Hj Nani Heriyani di Samarinda, Sabtu.

Pernyataan itu diungkapkan Nani saat memberikan sambutan dalam pelepasan siswa Taman Kanak-kanak (TK) dan Kelompok Bermain Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Raudhatul Jannah di Jl. P Suryanata, Gg Hikmah, Samarinda.

Anak usia dini, lanjutnya, daya fikirnya lebih banyak menyerap hal-hal yang bersifat permainan, sehingga jika ada orang tua atau guru Paud yang masih memaksakan anak untuk calistung, maka hal itu jelas tidak sesuai dengan kemampuan dan cara berfikir anak.

Cara yang paling tepat agar anak dapat melakukan calistung adalah melalui permainan yang di dalamnya mengandung unsur bacaan, pengenalan huruf secara perlahan, dan terdapat angka-angka dalam permainan tersebut.

Anak usai dini juga merupakan masa keemasan dalam berfikir, yakni setiap tingkah laku dan setiap karakter yang dengan sengaja maupun tanpa disengaja terlihat dan dirasakan oleh anak, maka contoh dan karakter itu akan tertanam hingga dewasa.

Untuk itu, dalam mendidik anak tidak boleh keras dan memaksa, termasuk anak-anak tidak boleh melihat hal-hal yang memperlihatkan kekerasan.

Seorang ayah yang sering memukul ibunya, kemudian di lingkungan yang sering terjadi perkelahian, atau anak yang diajak menonton film kekarasan dan perkelahian, maka hal itu akan ditiru anak, bahkan bisa saja kebiasaan itu akan terus dilakukan hingga dewasa.

Untuk itu, dalam pendidikan usia dini harus mengutamakan karakter bangsa, yakni karakter yang dapat membentuk kepribadian anak untuk berlaku jujur, penuh kasih sayang, disiplin, sopan santun, kreatif, dan agamis.

Sementara di Paud Raudhatul Jannah tersebut, para siswa telah mendapat berbagai keterampilan, hal itu dibuktikan dengan acara perpisahan yang semuanya diisi oleh para siswa yang telah lulus.

Di antaranya siswa ada yang menjadi pembawa acara, membaca Al-Quran dan terjemahannya, menghapal doa-doa, penampilan gerak dan lagu, tari tradisional, tari kreasi, bahkan banyak anak yang sudah berani tampil di pangung seperti peragawan dan peragawati. (*)

Pewarta: M Ghofar

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012