Samarinda (ANTARA News Kaltim) - Investor asal Aljazair membutuhkan
lahan seluas 300.000 hektare (ha) di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) untuk pembangunan perkebunan sawit dan tebu,
berikut industri pengolahannya.
"Investor yang berminat membuka dua bidang usaha ini bernama Mr Rebrab Issad dengan perusahaanya yang bernama Cevital," ujar Kepala Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Kaltim, M Yadi Sabianoor di Samarinda, Jumat.
Pada awal Juni 2012, lanjutnya, rombongan dari Cevital itu akan hadir di Samarinda untuk bertemu dengan Pemprov Kaltim, terutama Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak. Kedatangan mereka untuk membicarakan keseriusan berinvestasi dan membicarakan hal lain yang terkait.
Yadi berharap dari permintaan investor seluas 300.000 ha itu, paling tidak dapat dipenuhi separuhnya, pasalnya minat pengusaha itu sangat serius sehingga sayang jika dilepaskan, atau investor akan beralih ke provinsi lain.
Sebenarnya, lanjut dia, tanaman tebu di Kalimantan tidak terlalu bagus pertumbuhannya, walaupun ada juga tebu yang sudah ditanam di Kabupaten Plaihari, Kalsel, untuk kebutuhan industri.
Ada juga tebu yang ditanam Kabupaten Malinau, Kaltim, untuk pengolahan gula secara tradisional masyarakat setempat.
Namun jika investor berkeinginan besar menanam tebu berikut mendirikan pabrik pengelohan tebu menjadi gula dan industr turunan lain, diharapkan investor melakukan kajian dulu terhadap sejumlah lahan yang akan ditanami tebu, sehingga hasilnya tidak mengecewakan.
"Jika investor itu tetap ingin menanam tebu, bisa jadi investornya telah memiliki teknologi agar tanaman tebu di Kaltim dapat optimal. Semua kami serahkan kepada investor," kata Yadi.
Tebu di Kalimantan, katanya, rendeman (kandungan gula) rendah, tidak setinggi di Pulau Jawa. Mungkin karena tanahnya yang tidak cocok karena asam serta sebagian besar tanah di Kalimantan tidak mengandung unsur tanah vulkanis.
Namun, harga gula diprediksi akan tetap tinggi dan menguntungkan dalam beberapa tahun mendatang, yakni dengan konsumsi terbesar dari negara-negara Eropa.
Tigginya harga gula ini yang menjadi salah satu minta investor asal Aljazair itu mengembangkan perkebunan tebu, berikut industri hilirnya di Kaltim.
Untuk tanaman sawit yang juga dimintai perusahaan Cevital itu, lanjut Yadi, pihaknya membuka peluang sebesar-besarnya sepanjang lahan yang diinginkan dapat tersedia. Apalagi pertumbuhan dan hasil kelapa sawit di Kaltim memang cukup memuaskan.
Sama halnya dengan tebu, investor asal Aljazair itu juga akan membangun perusahaan untuk mengolah berbagai produk dari bahan baku sawit, seperti pabrik pengolahan CPO dan industri turunannya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012
"Investor yang berminat membuka dua bidang usaha ini bernama Mr Rebrab Issad dengan perusahaanya yang bernama Cevital," ujar Kepala Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Kaltim, M Yadi Sabianoor di Samarinda, Jumat.
Pada awal Juni 2012, lanjutnya, rombongan dari Cevital itu akan hadir di Samarinda untuk bertemu dengan Pemprov Kaltim, terutama Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak. Kedatangan mereka untuk membicarakan keseriusan berinvestasi dan membicarakan hal lain yang terkait.
Yadi berharap dari permintaan investor seluas 300.000 ha itu, paling tidak dapat dipenuhi separuhnya, pasalnya minat pengusaha itu sangat serius sehingga sayang jika dilepaskan, atau investor akan beralih ke provinsi lain.
Sebenarnya, lanjut dia, tanaman tebu di Kalimantan tidak terlalu bagus pertumbuhannya, walaupun ada juga tebu yang sudah ditanam di Kabupaten Plaihari, Kalsel, untuk kebutuhan industri.
Ada juga tebu yang ditanam Kabupaten Malinau, Kaltim, untuk pengolahan gula secara tradisional masyarakat setempat.
Namun jika investor berkeinginan besar menanam tebu berikut mendirikan pabrik pengelohan tebu menjadi gula dan industr turunan lain, diharapkan investor melakukan kajian dulu terhadap sejumlah lahan yang akan ditanami tebu, sehingga hasilnya tidak mengecewakan.
"Jika investor itu tetap ingin menanam tebu, bisa jadi investornya telah memiliki teknologi agar tanaman tebu di Kaltim dapat optimal. Semua kami serahkan kepada investor," kata Yadi.
Tebu di Kalimantan, katanya, rendeman (kandungan gula) rendah, tidak setinggi di Pulau Jawa. Mungkin karena tanahnya yang tidak cocok karena asam serta sebagian besar tanah di Kalimantan tidak mengandung unsur tanah vulkanis.
Namun, harga gula diprediksi akan tetap tinggi dan menguntungkan dalam beberapa tahun mendatang, yakni dengan konsumsi terbesar dari negara-negara Eropa.
Tigginya harga gula ini yang menjadi salah satu minta investor asal Aljazair itu mengembangkan perkebunan tebu, berikut industri hilirnya di Kaltim.
Untuk tanaman sawit yang juga dimintai perusahaan Cevital itu, lanjut Yadi, pihaknya membuka peluang sebesar-besarnya sepanjang lahan yang diinginkan dapat tersedia. Apalagi pertumbuhan dan hasil kelapa sawit di Kaltim memang cukup memuaskan.
Sama halnya dengan tebu, investor asal Aljazair itu juga akan membangun perusahaan untuk mengolah berbagai produk dari bahan baku sawit, seperti pabrik pengolahan CPO dan industri turunannya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012