Pemerintah China di Beijing merasa senang mendengar kabar 238 warga negara Indonesia yang dikarantina di bawah gemblengan TNI Angkatan Udara dan Kementerian Kesehatan RI di Natuna, Kepulauan Riau, dalam kondisi sehat, setelah dievakuasi dari Wuhan, Provinsi Hubei.
"Saya senang mendengar bahwa para mahasiswa Indonesia itu dalam kondisi sehat. Kalau epidemi berakhir, mereka dipersilakan kembali melanjutkan studi dan tinggal di China," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying menjawab pertanyaan ANTARA, Kamis (6/2) malam.
Menurut dia, sejak berjangkitnya wabah virus corona jenis baru yang bisa menyebabkan kematian, China telah bekerja keras memastikan keselamatan dan kesehatan warga negara asing di Provinsi Hubei, termasuk di Kota Wuhan.
"Kami juga memberikan bantuan dan fasilitas kepada mereka sebelum pergi dari China," ujar diplomat perempuan itu menambahkan.
Meskipun demikian, dia merasa sedih mendengarkan kabar 238 WNI tersebut sempat ditolak oleh warga Natuna saat kembali dari China.
"Ini sama sekali tidak perlu. WHO telah menjelaskan bahwa 2019-nCoV bukanlah pandemi. Kami berharap semua orang dapat melihat situasi epidemi dengan tenang, rasional, berbasis sains, dan jangan percaya desas-desus serta bereaksi secara berlebihan," kata Hua.
Sebanyak 238 WNI berhasll dievakuasi dengan menggunakan pesawat carter Batik Air dari Bandar Udara Internasional Tianhe di Wuhan menuju Bandara Hang Nadim, Batam, Sabtu (1/2) lalu.
Dari Batam mereka kemudian dipindahkan ke Natuna dengan pesawat milik TNI-AU untuk menjalani karantina selama 14 hari.
Sayangnya, ada tiga mahasiswa Indonesia lainnya gagal dievakuasi karena secara tiba-tiba suhu badan naik.
Anehnya, beberapa saat setelah Batik Air tinggal landas dari Bandara Tianhe, suhu tubuh ketiganya normal dan langsung dikembalikan ke asrama kampus masing-masing di Wuhan dan Xianning, Provinsi Hubei, pada hari itu juga tanpa melalui perawatan selanjutnya karena memang ketiganya tidak terinfeksi 2019-nCoV.
Sesuai protokol kesehatan, para penumpang pesawat dilarang melanjutkan perjalanan dengan suhu tubuhnya mencapai 38 derajat Celcius sebagai gejala awal paparan virus corona.
Aawalnya China menolak permintaan evakuasi warga negara asing dari Wuhan dan beberapa daerah lainnya di Provinsi Hubei untuk menghindari meluasnya wabah mematikan tersebut.
Namun akhirnya China menyanggupinya dengan beberapa prosedur yang telah ditetapkan oleh WHO, termasuk juga program karantina di negaranya selama 14 hari bagi WNA yang baru saja dipulangkan dari Wuhan.
"Semua harus menaati prosedur itu. Jadi, tidak hanya tiga WNI kita saja yang tertinggal. Ada juga beberapa warga Singapura dan India yang tidak bisa dievakuasi dengan kasus yang sama seperti tiga WNI kita itu," kata Duta Besar RI untuk China Djauhari Oratmangun.
Sementara itu, hingga Jumat pagi jumlah kematian akibat virus corona di China mencapai 633 orang. Namun angka kesembuhannya telah mencapai 1.557 orang.
Terdapat 2.447 kasus baru sehingga sampai Jumat totalnya 30.604 orang dinyatakan positif 2019-nCoV, 24.702 orang terduga, dan 3.859 dalam kondisi kritis, demikian data yang diperoleh ANTARA dari Komisi Kesehatan Nasional China (NHC).
Hingga saat ini tidak ada satu pun WNI di China yang terinfeksi virus tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2020
"Saya senang mendengar bahwa para mahasiswa Indonesia itu dalam kondisi sehat. Kalau epidemi berakhir, mereka dipersilakan kembali melanjutkan studi dan tinggal di China," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying menjawab pertanyaan ANTARA, Kamis (6/2) malam.
Menurut dia, sejak berjangkitnya wabah virus corona jenis baru yang bisa menyebabkan kematian, China telah bekerja keras memastikan keselamatan dan kesehatan warga negara asing di Provinsi Hubei, termasuk di Kota Wuhan.
"Kami juga memberikan bantuan dan fasilitas kepada mereka sebelum pergi dari China," ujar diplomat perempuan itu menambahkan.
Meskipun demikian, dia merasa sedih mendengarkan kabar 238 WNI tersebut sempat ditolak oleh warga Natuna saat kembali dari China.
"Ini sama sekali tidak perlu. WHO telah menjelaskan bahwa 2019-nCoV bukanlah pandemi. Kami berharap semua orang dapat melihat situasi epidemi dengan tenang, rasional, berbasis sains, dan jangan percaya desas-desus serta bereaksi secara berlebihan," kata Hua.
Sebanyak 238 WNI berhasll dievakuasi dengan menggunakan pesawat carter Batik Air dari Bandar Udara Internasional Tianhe di Wuhan menuju Bandara Hang Nadim, Batam, Sabtu (1/2) lalu.
Dari Batam mereka kemudian dipindahkan ke Natuna dengan pesawat milik TNI-AU untuk menjalani karantina selama 14 hari.
Sayangnya, ada tiga mahasiswa Indonesia lainnya gagal dievakuasi karena secara tiba-tiba suhu badan naik.
Anehnya, beberapa saat setelah Batik Air tinggal landas dari Bandara Tianhe, suhu tubuh ketiganya normal dan langsung dikembalikan ke asrama kampus masing-masing di Wuhan dan Xianning, Provinsi Hubei, pada hari itu juga tanpa melalui perawatan selanjutnya karena memang ketiganya tidak terinfeksi 2019-nCoV.
Sesuai protokol kesehatan, para penumpang pesawat dilarang melanjutkan perjalanan dengan suhu tubuhnya mencapai 38 derajat Celcius sebagai gejala awal paparan virus corona.
Aawalnya China menolak permintaan evakuasi warga negara asing dari Wuhan dan beberapa daerah lainnya di Provinsi Hubei untuk menghindari meluasnya wabah mematikan tersebut.
Namun akhirnya China menyanggupinya dengan beberapa prosedur yang telah ditetapkan oleh WHO, termasuk juga program karantina di negaranya selama 14 hari bagi WNA yang baru saja dipulangkan dari Wuhan.
"Semua harus menaati prosedur itu. Jadi, tidak hanya tiga WNI kita saja yang tertinggal. Ada juga beberapa warga Singapura dan India yang tidak bisa dievakuasi dengan kasus yang sama seperti tiga WNI kita itu," kata Duta Besar RI untuk China Djauhari Oratmangun.
Sementara itu, hingga Jumat pagi jumlah kematian akibat virus corona di China mencapai 633 orang. Namun angka kesembuhannya telah mencapai 1.557 orang.
Terdapat 2.447 kasus baru sehingga sampai Jumat totalnya 30.604 orang dinyatakan positif 2019-nCoV, 24.702 orang terduga, dan 3.859 dalam kondisi kritis, demikian data yang diperoleh ANTARA dari Komisi Kesehatan Nasional China (NHC).
Hingga saat ini tidak ada satu pun WNI di China yang terinfeksi virus tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2020