Balikpapan (ANTARA News Kaltim) - Association of Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) mengeluhkan kerusakan lingkungan dan ketidakseriusan pemerintah dalam memperbaiki dan menambah jumlah infrastruktur di Kalimantan Timur hingga menyebabkan kolapsnya industri ekowisata di wilayah itu.
"Taman Anggrek Kersik Luway di Kutai Barat, misalnya, kini terancam oleh tambang batu bara. Atau jalan yang tidak pernah mulus ke Bukit Bangkirai," kata Joko Purwanto, Ketua ASITA Kalimantan Timur di Balikpapan, Jumat (27/4).
Joko berbicara dengan para wartawan menjelang pembukaan musyawarah daerah ASITA, asosiasi para pemilik agen perjalanan wisata Indonesia, di Hotel Benakutai, Balikpapan, pada Sabtu (28/4).
Karena kerusakan lingkungan dan ketidaknyamanan karena infrastruktur yang jelek, atau bahkan tidak ada itu, kunjungan wisatawan mancanegara ke pedalaman Kalimantan Timur terus menurun.
Menurut Joko Purwanto, sampai April ini, tercatat tak sampai 900 orang turis yang telah melakukan perjalanan ke Kutai Barat, Kutai Kartanegara, atau Kutai Timur. Begitu pula yang telah melakukan pesanan untuk liburan musim panas Juni-Juli-Agustus nanti.
Padahal, sambung Joko Purwanto, sampai dengan tahun 2004, jumlah wisatawan mancanegara ke pedalaman Kaltim mencapai 20 ribu orang.
Mereka mengunjungi mulai dari objek wisata alam seperti taman anggrek di Kutai Barat, air terjun, jeram-jeram di hulu Sungai Mahakam, hingga berwisata melihat orangutan yang hidup liar di Kutai Timur.
Sejak booming batu bara mulai tahun 2005, jumlah wisatawan pun menurun drastis.
"Kalau pemerintah tidak bertindak, apakah itu pemerintah kabupaten-kabupaten yang memiliki daerah tujuan wisata, atau pemerintah Kalimantan Timur sendiri, maka akhirnya kita hanya akan menjual pepesan kosong," kata Joko Purwanto.
Wisatawan mancanegara kini lebih suka datang ke Kalimantan Tengah untuk menikmati hutan, alam liar, flora dan fauna seperti orangutan, hingga budaya masyarakat Dayak di pedalaman.
"Dekat kota Palangkaraya ada Taman Nasional yang sangat gampang dicapai dan lengkap fasilitasnya. Di sana juga ada rehabilitasi orangutan Nyaru Menteng yang malah masih termasuk kecamatan kota Palangkaraya," kata Joko lagi.
Balikpapan meski memiliki Hutan Lindung Sungai Wain (HLSW) dan Teluk Balikpapan, bahkan juga mencanangkan wisata lingkungan dan alam, namun dianggap Joko tidak serius. HLSW disebutnya belum dikelola maksimal hingga bisa dinikmati turis mancanegara dengan nyaman.
"Yang ada sekarang kita dengar Teluk Balikpapan sudah terancam lagi oleh perluasan Kawasan Industri Kariangau," kata Joko Purwanto. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012
"Taman Anggrek Kersik Luway di Kutai Barat, misalnya, kini terancam oleh tambang batu bara. Atau jalan yang tidak pernah mulus ke Bukit Bangkirai," kata Joko Purwanto, Ketua ASITA Kalimantan Timur di Balikpapan, Jumat (27/4).
Joko berbicara dengan para wartawan menjelang pembukaan musyawarah daerah ASITA, asosiasi para pemilik agen perjalanan wisata Indonesia, di Hotel Benakutai, Balikpapan, pada Sabtu (28/4).
Karena kerusakan lingkungan dan ketidaknyamanan karena infrastruktur yang jelek, atau bahkan tidak ada itu, kunjungan wisatawan mancanegara ke pedalaman Kalimantan Timur terus menurun.
Menurut Joko Purwanto, sampai April ini, tercatat tak sampai 900 orang turis yang telah melakukan perjalanan ke Kutai Barat, Kutai Kartanegara, atau Kutai Timur. Begitu pula yang telah melakukan pesanan untuk liburan musim panas Juni-Juli-Agustus nanti.
Padahal, sambung Joko Purwanto, sampai dengan tahun 2004, jumlah wisatawan mancanegara ke pedalaman Kaltim mencapai 20 ribu orang.
Mereka mengunjungi mulai dari objek wisata alam seperti taman anggrek di Kutai Barat, air terjun, jeram-jeram di hulu Sungai Mahakam, hingga berwisata melihat orangutan yang hidup liar di Kutai Timur.
Sejak booming batu bara mulai tahun 2005, jumlah wisatawan pun menurun drastis.
"Kalau pemerintah tidak bertindak, apakah itu pemerintah kabupaten-kabupaten yang memiliki daerah tujuan wisata, atau pemerintah Kalimantan Timur sendiri, maka akhirnya kita hanya akan menjual pepesan kosong," kata Joko Purwanto.
Wisatawan mancanegara kini lebih suka datang ke Kalimantan Tengah untuk menikmati hutan, alam liar, flora dan fauna seperti orangutan, hingga budaya masyarakat Dayak di pedalaman.
"Dekat kota Palangkaraya ada Taman Nasional yang sangat gampang dicapai dan lengkap fasilitasnya. Di sana juga ada rehabilitasi orangutan Nyaru Menteng yang malah masih termasuk kecamatan kota Palangkaraya," kata Joko lagi.
Balikpapan meski memiliki Hutan Lindung Sungai Wain (HLSW) dan Teluk Balikpapan, bahkan juga mencanangkan wisata lingkungan dan alam, namun dianggap Joko tidak serius. HLSW disebutnya belum dikelola maksimal hingga bisa dinikmati turis mancanegara dengan nyaman.
"Yang ada sekarang kita dengar Teluk Balikpapan sudah terancam lagi oleh perluasan Kawasan Industri Kariangau," kata Joko Purwanto. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012