Samarinda, (ANTARA News Kaltim) -  Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak mengingatkan kewajiban perusahaan perkebunan kelapa sawit untuk membangun kebun plasma bagi masyarakat minimal 20 persen dari total lahan yang diusahakan.

Hal itu agar warga setempat benar-benar merasakan manfaat dari pengembangan sektor agribisnis, kata Awang Faroek Ishak di Samarinda, Jumat, terkait kemajuan pesat pengembangan sektor agribisnis di provinsi itu, khususnya perkebunan sawit.

Awang mengingatkan kemajuan begitu pesat perkebunan sawit bisa memberikan kontribusi besar bagi perekonomian dan warga sekitarnya bukan sekedar menjadi penonton.

Setelah sektor perkayuan dan perhutanan lesu, selain batu bara, kini sawit menjadi andalan perdagangan dan bisnis Kalimantan Timur. Hal itu juga didorong tingginya permintaan domestik dan dunia terhadap CPO (crude palm oil).

Upaya perusahaan memberikan kontribusi bagi peningkatan perekonomian rakyat, khususnya warga sekitar usaha perkebunan adalah melalui pengembangan kebun plasma.

Awang juga mengharapkan pemerintah kabupaten dan kota di Kalimantan Timur terus melakukan koordinasi dengan perusahaan agar pembagian lahan kebun plasma tepat sasaran.

Program pembagian lahan lima hektar per KK, katanya, bisa dilakukan melalui pensertifikatan tanah serta membangun pertanian dengan menggunakan pendekatan industrial melalui revitalisasi pertanian.

Data Dinas Perkebunan Kaltim mencatat bahwa  realisasi perkebunan plasma di wilayah kabupaten dan kota se-Kaltim adalah seluas 120.911,44 hektare. Sedangkan daerah sentra perkebunan inti adalah seluas 566.934,68 hektare. Terdapat sekitar 330 perusahaan sawit dengan 203 Izin Usaha Perkebunan (IUP) seluas 2,58 juta hektar dan 113 Hak Guna Usaha (HGU) seluas 936.428,65 hektar.

Gubernur juga mengharapkan investor sawit bisa mengembangkan teknologi untuk menyaingi negara lain yang sudah maju, termasuk bagi pengembangan produk hilir sawit.

Salah satu negara yang sangat maju dalam pengembangan teknologi bagi agribisnis adalah Malaysia. Tidak heran, jika produktivitas sawit Malaysia sudah mencapai 3,5 ton per ha, sedangkan Indonesia 2,5 ha per tahun.      

Dari kemampuan itu, negeri jiran tersebut dengan luas lahan sawit hanya 61,5 persen dari luas lahan sawit Indonesia mampu memproduksi CPO hingga 17 juta ton atau 85,3 persen dari produksi CPO Indonesia.

Pada 2010, untuk pasar minyak sawit dunia, Indonesia memproduksi 47 persen dan Malaysia 39 persen tapi untuk  industri hilir CPO, Indonesia hanya 40 persen, sedang Malaysia mencapai 70 persen dari minyak sawit mentah yang dihasilkan.(*)

Pewarta:

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012