Ujoh Bilang, (Antaranews Kaltim) - Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Mahakam Ulu, Provinsi Kalimantan Timur, Kristina Tening menyatakan, Tari Hudoq merupakan hal yang sakral sehingga kegiatannya tidak boleh digelar di sembarang waktu, tapi harus menyesuaikan musim.

   
“Makanya Festival Hudoq kami gelar pada Oktober karena bulan ini merupakan musim tanam padi, sehingga selain menjadi agenda pariwisata tahunan juga sesuai dengan tradisi masyarakat,” ujar Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Mahulu di Ujoh Bilang, Rabu.

Hudoq, katanya, merupakan tradisi turun temurun dari nenek moyang warga Dayak Bahau dengan tujuan utama agar padi yang ditanam tidak dimakan berbagai jenis hama, kemudian menghasilkan padi yang baik dan masyarakat bisa menikmati hasil panen.

Dalam Festival Hudoq yang digelar pada 23-28 Oktober 2018, para peserta dari berbagai kampung di Mahulu siap memecahkan rekor untuk Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan jumlah 2.000 Penari Hudoq.

Dia optimistis jumlah 2.000 penari akan terpenuhi karena antusiasme masyarakat dalam menampilkan budaya mereka cukup kuat. Bahkan jumlah 2.000 penari itu bisa dicukupi oleh warga se-Kecamatan Long Hubung, namun pihaknya harus melibatkan semua kecamatan untuk kebersamaan demi membawa nama kabupaten.

Untuk pemecahan rekor MURI akan dilaksanakan 25 Oktober, dimulai dari pagi harinya kontingen berkumpul di Kampung Long Bagun, dilanjutkan Parade Hudoq di Tepi Mahakam di Kampung Ujoh Bilang, berlanjut kegiatan lain hingga 2.000 orang menari bersama di Lapangan Ujoh Bilang untuk memecahkan rekor MURI.

Untuk malam selanjutnya pada 26-27 Oktober, katanya, akan ada malam pagelaran seni yang menampilkan Uyau Moris (musik sampe) dan artis dari Jakarta, yakni Trie Utami sehingga malam pagelaran seni diperkirakan akan lebih semarak.     

“Meski Tri Utami dijadwalkan pentas  27 Oktober 2018, namun tim mereka akan datang lebih awal karena Trie Utami bersama manajernya tertarik dengan Festival Hudoq dan ingin melihat langsung. Ini merupakan bentuk penghargaan mereka kepada tradisi kita,” ucap Tening.

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Abdul Hakim Muhiddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018