Jakarta (Antaranews) - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk akan mengecek sekitar 17.000 mesin anjungan tunai mandiri miliknya yang tersebar di Indonesia untuk memastikan tidak terpasang alat penyadapan data (skimming) terhadap kartu ATM/debit nasabah.

"Kami ingin coba preventif, semua sistem kami lakukan pemeriksaan, juga semua ATM akan kami periksa ulang," kata Direktur Keuangan BNI Anggoro Eko Cahyo di Jakarta, Rabu.

Anggoro mengaku antisipasi ini menyusul semakin maraknya kasus skimming yang menimpa nasabah-nasabah bank lain. Dalam beberapa hari terakhir, puluhan nasabah dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, mengaku kehilangan dana secara misterius dengan total kerugian di atas Rp150 juta.

Untuk BNI, Anggoro mengklaim, belum menerima laporan dari nasabah tentang telah terjadi kehilangan dana atau tindak pidana dugaan "skimming".

"Kalau skimming itu memang setiap tahun ada skimming, poinnya adalah bagaimana setiap bank mengamankan sistem ATM dan juga mengedukasi nasabahnya," ujar dia.

Selain meningkatkan standar keamanan, Anggoro mengatakan perbankan juga harus meningkatkan edukasi kepada nasabah agar lebih memahami upaya mencegah "skimming".

Selain di mesin ATM, "skimming" juga bisa terjadi di mesin perekam data elektronik (Electronic Data Capture/EDC).

Untuk mengantisipasi hal it, lanjut Anggoro, perbankan harus mengoptimalkan sistem anti-fraud (anti-kejahatan) di setiap infrastruktur sistem pembayaran.

"Dengan ini jika ada transaksi mencurigkan akan dihentikan oleh BNI," ujar dia.

Seiring dengan pencegahan "skimming bank" juga akan mengganti pita magnetik di kartu ATM/Debit menjadi teknologi chip. BNI menargetkan implementasi teknologi chip dalam kartu ATM/debit bisa mencapai 30 persen dari total kartu yang ada. (*)

Pewarta: Indra Arief Pribadi

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018