Jakarta (Antaranews) - Sekitar 70 persen dari jumlah pecandu narkoba yang telah melalui program rehabilitasi dari Badan Narkotika Nasional cenderung mengulangi penyalahgunaan obat-obatan terlarang (relapse), kata Deputi bidang Rehabilitasi BNN Diah Setia Utami.

Hal tersebut disampaikan Diah setelah membuka lokakarya kerja sama Indonesia dan Amerika Serikat tentang Pengurangan Permintaan Narkotika atau Drug Demand Reduction, di Jakarta, Selasa.

"Kecenderungan untuk kembali menggunakan narkoba atau relapse memang cukup tinggi, maka itulah ada program pasca rehabilitasi. Setelah menjalani rehabilitasi, mereka harus mengikuti program lanjutan selama dua bulan, untuk mempersiapkan  mereka untuk kembali bersinergi ke dalam komunitas," jelasnya.

Diah mengatakan bahwa ada sekitar 18 ribu pecandu narkoba yang telah menjalani program rehabilitasi yang diselenggarakan oleh BNN, yang 3.600 di antaranya telah melewati skema pasca rehabilitasi dan siap untuk kembali beraktifitas.

Sementara itu, Kepala Unit Pengurangan Permintaan Narkoba dari Biro Penegakan Hukum dan Anti Narkotika Internasional (INL) Washington DC Charlote Sisson mengatakan bahwa adanya relapse dalam proses rehabilitasi seorang pecandu narkoba memang telah diperkirakan, bahkan secara ilmiah.

"Kecenderungan untuk kembali menggunakan narkoba adalah bagian dari gangguan relapse kronik, atau chronic relapsing disorder yang diakibatkan dari penyalahgunaan dan kecanduan narkotika," jelas Charlotte.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa terjadinya relapse dapat dicegah dengan sistem dukungan yang terus-menerus dan konstan.

"Ketika dukungan orang terdekat itu hilang, meski sesaat saja, maka celah untuk pecandu kembali menyalahgunakan narkoba menjadi jauh lebih besar, dan mereka cenderung jatuh kembali kesana. Jadi sangat penting untuk memberikan dukungan yang terus-menerus," paparnya.

Ia menambahkan bahwa hal tersebut memang membuat proses pemulihan menjadi berat dan memakan waktu yang lama, namun ada berbagai macam alternatif terapi yang dapat dijalani.

"Yang harus digarisbawahi adalah kita harus ingat bahwa kita bersentuhan dengan manusia juga, sehingga diperlukan adanya kesabaran, pengertian dan kepedulian terhadap pecandu itu sendiri, agar mereka juga bisa menjalani hidup yang produktif," katanya. (*)

Pewarta: Aria Cindyara

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018