Samarinda (ANTARA Kaltim) -  Nilai tukar petani di Provinsi Kalimantan Timur makin terpuruk karena pada Juli 2017 mengalami penurunan 0,9 persen, setelah bulan sebelumnya juga menurun yang menandakan kemampuan daya beli petani makin rendah.

"Pada Juni lalu NTP (nilai tukar petani) Kaltim hanya 96,29 atau turun ketimbang bulan sebelumnya, namun pada Juli kembali turun hingga menjadi 96,20. Padahal angka keseimbangan NTP adalah 100," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kaltim M Habibullah di Samarinda, Rabu.

Ia menuturkan, jika NTP di atas 100 berarti petani sejahtera karena penghasilan yang diterima dari penjualan produk pertanian, masih lebih tinggi ketimbang biaya operasional untuk memelihara pertaniannya sehingga daya beli petani juga tinggi.

Sedangkan jika NTP di bawah 100, bisa dipastikan petani merugi karena hasil penjualan dari produk pertaniannya lebih rendah ketimbang biaya yang harus dikeluarkan untuk kebutuhan rumah tangga maupun operasional pertanian.

NTP Kaltim pada Juli yang hanya 96,20 itu merupakan akumulasi dari lima subsektor pertanian yang didata oleh BPS setiap bulan, guna memperoleh laporan valid perkembangan rumah tangga petani.

Rincian dari lima subsektor pertanian itu adalah NTP tanaman pangan tercatat 93,60, hortikultura 93,06, perkebunan rakyat 93,81, NTP peternakan 104,08, dan NTP perikanan tercatat 100,98.

Berdasarkan data tersebut, berarti hanya petani ternak yang tingkat kehidupannya lebih sejahtera ketimbang petani lainnya karena NTP-nya jauh di atas 100. Sedangkan petani yang paling terpuruk adalah dari subsektor hortikultura yang NTP-nya hanya 93,06.

Ia melanjutkan, pada Juli 2017 terjadi penurunan NTP pada dua subsektor, yakni sub pertanian tanaman pangan yang turun 0,11 persen dan subsektor perkebunan rakyat yang turun 1,99 persen.

"Sedangkan tiga subsektor lainnya mengalami peningkatan, yakni NTP hortikultura meningkat 1,07 persen, NTP ternak naik 1,15 persen, dan NTP perikanan yang naik 0,46 persen," ucap Habibullah. (*)

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017