Samarinda (ANTARA Kaltim)- Kenaikan harga garam di wilayah Samarinda, Kalimantan Timur dalam pekan terakhir membawa dampak terhadap melonjaknya harga ikan asin yang dijual di sejumlah pasar tradisional.
Menurut Dika, seorang pedagang lapak ikan asin di pasar Grosir Segiri Samarinda, Sabtu, ikan asin yang biasanya dibandrol dengan harga Rp20 ribu perkilogram saat ini naik menjadi Rp35 ribu, dan ikan asin dengan harga Rp35 ribu menjadi Rp55 ribu-60 ribu.
"Rata-rata kenaikan harga dalam kisaran 10-30 persen, tergantung dari jenis ikan asinnya, semakin banyak ikan asin itu menggunakan garam maka dipastikan harganya juga lebih tinggi," katanya.
Sejumlah ikan asin yang mengalami kenaikan signifikan di antaranya ikan asin gembong, sarden, pedak dan biawan dari harga semula Rp30 ribu baik menjadi Rp60 ribu bahkan bisa mencapai Rp65 ribu.
Kondisi ini diakui Dika cukup menyulitkan bagi para pedagang, pasalnya masyarakat akan berpikir dua kali untuk membeli ikan asin karena terjadinya lonjakan harga.
"Masyarakat ada yang beralih membeli telur yang harganya lebih stabil dan terjangkau, dibandingkan untuk membeli ikan asin yang memang harganya tinggi, situasi ini cukup menyulitkan kami para pedagang seandainya kita turunkan harga maka kami sendiri yang rugi," tuturnya.
Bahkan dikatakan Dika, konsumen besar pengguna ikan asin seperti warung, restoran dan pedagang sayur keliling juga menurun daya belinya.
"Mereka yang biasa beli 20 kg, karena harga naik maka hanya beli tiga kg saja, sedangkan pedagang sayur keliling lebih memilih untuk beralih jualan lauk pauk lainnya," imbuhnya.
Menurut Saifulah suami Dika, produk ikan asin yang dijual di lapakanya mayoritas merupakan produk lokal di wilayah Kaltim.
"Ada sih produk ikan asin dari Sulawesi, namun kami susah untuk menjualnya karena mereka menggunakan ukuran liter, sedangkan kami di sini rata-rata menggunakan timbangan atau perkilogram," tegasnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017
Menurut Dika, seorang pedagang lapak ikan asin di pasar Grosir Segiri Samarinda, Sabtu, ikan asin yang biasanya dibandrol dengan harga Rp20 ribu perkilogram saat ini naik menjadi Rp35 ribu, dan ikan asin dengan harga Rp35 ribu menjadi Rp55 ribu-60 ribu.
"Rata-rata kenaikan harga dalam kisaran 10-30 persen, tergantung dari jenis ikan asinnya, semakin banyak ikan asin itu menggunakan garam maka dipastikan harganya juga lebih tinggi," katanya.
Sejumlah ikan asin yang mengalami kenaikan signifikan di antaranya ikan asin gembong, sarden, pedak dan biawan dari harga semula Rp30 ribu baik menjadi Rp60 ribu bahkan bisa mencapai Rp65 ribu.
Kondisi ini diakui Dika cukup menyulitkan bagi para pedagang, pasalnya masyarakat akan berpikir dua kali untuk membeli ikan asin karena terjadinya lonjakan harga.
"Masyarakat ada yang beralih membeli telur yang harganya lebih stabil dan terjangkau, dibandingkan untuk membeli ikan asin yang memang harganya tinggi, situasi ini cukup menyulitkan kami para pedagang seandainya kita turunkan harga maka kami sendiri yang rugi," tuturnya.
Bahkan dikatakan Dika, konsumen besar pengguna ikan asin seperti warung, restoran dan pedagang sayur keliling juga menurun daya belinya.
"Mereka yang biasa beli 20 kg, karena harga naik maka hanya beli tiga kg saja, sedangkan pedagang sayur keliling lebih memilih untuk beralih jualan lauk pauk lainnya," imbuhnya.
Menurut Saifulah suami Dika, produk ikan asin yang dijual di lapakanya mayoritas merupakan produk lokal di wilayah Kaltim.
"Ada sih produk ikan asin dari Sulawesi, namun kami susah untuk menjualnya karena mereka menggunakan ukuran liter, sedangkan kami di sini rata-rata menggunakan timbangan atau perkilogram," tegasnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017