Samarinda (ANTARA Kaltim) - Khatib Masjid Al-Hijrah Baitullah di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, mengingatkan kepada jamaah akan pentingnya jiwa sosial dalam bermasyarakat, karena dalam ibadah puasa yang dijalankan sebulan ini adalah untung meningkatkan rasa sosial.

"Semua orang pernah merasakan kenyang, tapi tidak semua orang merasakan lapar meski di rumah banyak makanan, jadi makna puasa dari sisi sosial adalah agar kita menolong saudara dan tetangga yang perlu bantuan," ujar Ustaz Arifin Nurdin dalam ceramahnya di Masjid Al-Hijrah Baitullah di Kelurahan Mugirejo, Samarinda, Ahad.

Setelah berpuasa satu bulan dan mampu menahan godaan seperti makan, minum, syahwat, dan bersabar dalam segala hal, maka di hari kemenangan ini sudah sewajarnya umat Islam merayakan dengan penuh sukacita dengan bermaaf-maafan agar jiwa kembali fitrah (suci).

Namun ingat, lanjutnya, setelah ini semua Muslim harus menerjemahkan makna yang terkandung dalam Ramadhan, seperti harus meningkatkan rasa persaudaraan kepada semua orang, memberi makan kepada orang yang kelaparan, menolong orang lain yang membutuhkan bantuan, dan harus meningkatkan iman serta taqwa kepada Allah.

"Tiada pesan yang lebih berbobot yang disampaikan para khatib dalam setiap ceramah, kecuali pesan meningkatkan taqwa kepada Allah Azza Wazala, karena dengan ketaqwaan yang mendalam akan menjadikan kita meningkatkan iman dan kepedulian kepada sesama," tutur ustaz.

Menurutnya dengan berpuasa yang telah dijalankan sebulan, Insya Allah bisa menghilangkan kesombongan karena selama Ramadhan selain harus belajar bersabar juga harus introspeksi diri dengan merenungi apa saja yang telah diperbuat selama ini.

Menurut ia, jika rasa sombong terus dibiarkan, maka rasa peduli terhadap sesama menjadi hilang, bahkan merasa seolah-olah sangat kuat dan selalu sehat, padahal jika sang malaikat maut datang menjemput, tidak ada satu pun pengawalnya yang bisa menghadang, harta yang dimiliki pun tidak bisa menolongnya.

Ia juga berpesan kepada semua umat agar tidak "bersembunyi" di balik songkok, di balik jilbab, di balik pakaian yang seolah-olah kiai, padahal semua itu hanya topeng untuk menutupi perbuatannya di luar yang tidak mencerminkan pakaian yang dikenakan, padahal Allah mengetahui perbuatan itu semua.

Selain wajib meningkatkan iman dan harus peka terhadap kondisi sosial terutama lingkungan terdekat, ustaz bergelar Sarjana Agama ini juga menekankan kepada semua umat untuk selalu berbakti kepada kedua orang tua.

Menurutnya, jika tanpa orang tua, tidak ada generasi selanjutnya yang menjalankan kehidupan ini, sehingga rasa sayang dan perhatian harus diberikan kepada orang tua yang masih hidup, sedangkan bagi orang tuanya yang sudah meninggal, hendaknya rajin mendoakan.

"Kita juga harus selalu bersyukur kepada Tuhan yang Esa, Tuhan yang tiada duanya, karena berkat nikmat yang diberikan oleh Allah sehingga kita masih bisa merasakan kehidupan ini. Nikmat yang tiada tara dan tidak ternilai harganya adalah nikmat sehat," ucap Arifin. (*)

Pewarta: M Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017