Samarinda (ANTARA Kaltim) -  Program keluarga berencana yang kini kembali digalakkan pemerintah bukan melarang ibu hamil dan melahirkan, tetapi lebih bertujuan menjaga kesehatan ibu dan anak, kata pejabat Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Perwakilan Kalimantan Timur.

"Program KB hadir bukan untuk melarang ibu melahirkan, tetapi untuk menjaga jarak kelahiran jangan terlalu rapat. Mengapa?, karena dengan jarak melahirkan yang rapat, seorang ibu sangat berisiko meninggal saat melahirkan," ujar Kepala BKKBN Kaltim Sukaryo Teguh Santoso di Samarinda, Jumat.

Sehari sebelumnya, ketika berpidato di depan Bupati Kutai Timur Ismunandar saat Pencanangan KB di Desa Marga Mulia, Kecamatan Kongbeng, Teguh juga mengatakan program KB untuk mengatur jarak kelahiran agar bisa mencegah kematian ibu melahirkan.

Manfaat lain dari KB adalah menjaga kesehatan reproduksi, menciptakan setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan sehat, tercukupi kasih sayang dari orang, tercukupinya gizi, pendidikan, dan kesehatan, sehingga anak tersebut kelak menjadi manusia yang berkualitas.

"Apabila jarak kelahiran terlalu rapat, maka risiko kematian ibu saat melahirkan sangat tinggi. Kemudian terlalu banyak anak kecil dalam satu keluarga juga menyebabkan orang tua sulit mengasuh dan pada akhirnya berdampak pada anak yang kurang kasih sayang," ujarnya.

Apalagi jika keluarga tersebut termasuk keluarga miskin, tentu permasalahan yang timbul akan semakin banyak. Kondisi ini berakibat pada anak yang dilahirkan kurang berkualitas, karena dari sisi pendidikan, kesehatan, gizi, dan kasih sayang kurang didapatkan dari orang tua.

Teguh juga mengatakan saat ini pertumbuhan penduduk di Kaltim masih cukup tinggi yang mencapai 3,8 persen.

Namun, dari jumlah itu, pertambahan penduduk dari angka kelahiran hanya 1,2 persen, sedangkan selebihnya yang 2,6 persen akibat faktor migrasi.

Meski demikian, lanjut Teguh, program KB di Kaltim akan terus digalakkan demi untuk menciptakan penduduk yang berkualitas, karena biasanya terlalu banyak anak dalam satu keluarga akan berdampak pada minimnya kualitas pada anak.

Menurut ia, pada zaman orde baru, program KB berhasil dan mendapat pengakuan dari banyak negara, sehingga saat itu sejumlah negara lain belajar ke Indonesia untuk mempelajari program tersebut.

"Namun, sejak 15 tahun terakhir seiring kurang gencarnya program KB, angka pertumbuhan penduduk naik yang menyebabkan banyak hal yang harus disiapkan, seperti sandang, pangan, kesehatan, pendidikan, lapangan kerja, dan sejumlah infrastruktur. Untuk itu, mari ikut KB dan dukung program KB," ujar Teguh. (*)

Pewarta: M Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017