Samarinda (ANTARA Kaltim) -  Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur hingga kini telah melakukan pengembangan dan pembinaan terhadap delapan klaster ekonomi, baik untuk komoditas rumput laut, cabai, sapi, padi, sarung, hingga kerajinan rotan.

"Mungkin ada yang tanya, Bank Indonesia kok ngurusi pertanian? Ingat, salah satu tugas Bank Indonesia adalah menjaga kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa yang tercermin dari tingkat inflasi," ujar Kepala Tim Advisori Ekonomi dan Keuangan BI KPw Provinsi Kaltim Harry Aginta di Samarinda, Kamis.

Ia menjelaskan karakteristik inflasi yang terjadi di hampir semua provinsi di Indonesia dipengaruhi faktor pasokan barang, terutama di Provinsi Kaltim yang sebagian besar barang-barang kebutuhan pangan didatangkan dari luar pulau.

Inflasi yang bersumber dari sisi pasokan tidak dapat diselesaikan hanya dengan instrumen kebijakan moneter seperti suku bunga.

"Pengalaman di beberapa negara berkembang menyimpulkan, cara mengatasi permasalahan inflasi dari sisi pasokan barang dengan menaikkan suku bunga, ternyata tidak efektif," ujarnya.

Bahkan, kebijakan tersebut dapat berujung pada perlambatan ekonomi, karena suku bunga yang tinggi dapat menghambat laju investasi dan mengurangi daya saing.

Terkait dengan itu, BI bersama pemerintah berusaha memperbaiki sisi penawaran dengan mengembangkan komoditas atau produk yang berpotensi menyumbang inflasi di daerah.

"Itulah sebabnya mengapa BI Kaltim mendorong dan membina pengembangan pertanian dalam arti luas. Tujuannya jelas, agar kita tidak tergantung pasokan komoditas terutama pangan dari luar daerah, sehingga pada akhirnya dapat menekan laju inflasi," ujar Harry.

Ia melanjutkan pengembangan komoditas tersebut akan membuka potensi ekonomi lainnya, seperti tumbuhnya wirausaha dan kegiatan ekonomi baru, membuka berbagai peluang investasi yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Adapun delapan klaster ekonomi yang telah dikembangkan BI Kaltim masing-masing klaster rumput laut di Desa Tanjung Harapan, Kabupaten Nunukan (Kaltara), klaster sarung tenun Samarinda di Samarinda Seberang, Kota Samarinda.

Klaster cabai organik di tiga kelurahan di Samarinda yakni Sungai Siring, Mugirejo, dan Lempake. Klaster penggemukan sapi di Lubuk Sawah, Mugirejo, Samarinda.

Berikutnya, klaster padi organik di Desa Sidomulyo, Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara, klaster bawang merah di Desa Amborawang Laut, Samboja, Kutai Kartanegara.

Selanjutnya, klaster padi organik di Desa Tanjung Palas Tengah, Kabupaten Bulungan (Kaltara), klaster kerajian rotan di Desa Ujoh Bilang, Kabupaten Mahakam Ulu.

"Kategori klaster tersebut bermacam-macam, ada klaster untuk peningkatan ekspor rumput laut, ada klaster pertanian yang fungsinya sebagai ketahanan pangan, dan ada klaster yang berfungsi sebagai komoditas unggulan, seperti sarung tenun dan kerajinan rotan," ujar Harry.(*)

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017