Samarinda (ANTARA Kaltim) - Inflasi di Provinsi Kalimantan Timur sepanjang 2016 relatif terkendali dan sesuai dengan target inflasi nasional, yaitu sebesar 4 persen plus minus 1 persen (yoy), sebagai keberhasilan koordinasi antara pihak terkait, kata pejabat Bank Indonesia.

"Pencapaian ini merupakan hasil koordinasi kebijakan pemda bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) serta Bank Indonesia dalam upaya pengendalian laju inflasi," ujar Kepala BI Kantor Perwakilan Provinsi Kaltim Muhammad Nur di Samarinda, Rabu.

Menurut ia, pengendalian inflasi yang dilakukan terus terfokus pada upaya menjaga ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi, peningkatan kualitas infrastruktur dan sarana logistik, serta menjaga ekspektasi inflasi.

Sementara itu, rendahnya pencapaian inflasi tahun 2016 juga disebabkan oleh faktor perlambatan ekonomi yang berdampak pada penurunan tingkat permintaan masyarakat sebagaimana terkonfirmasi dari hasil survei konsumen yang dilakukan BI Kaltim.

Nur menambahkan inflasi Kaltim sejalan dengan perkiraan BI Kaltim dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Desember 2016 tercatat 1,04 persen (mtm), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya dengan inflasi sebesar 0,21 persen (mtm).

"Capaian inflasi Kaltim pada Desember berada di atas level nasional yang sebesar 0,42 persen (mtm). Dengan perkembangan tersebut, inflasi tahunan Kaltim pada Desember 2016 sebesar 3,39 persen (yoy), meningkat dibandingkan inflasi tahunan periode sebelumnya," ujarnya.

Kondisi serupa juga terjadi pada inflasi tahun kalender (Januari-Desember) yang meningkat dari 3,33 persen (ytd) pada November 2016. Inflasi Kaltim tahun 2016 merupakan capaian inflasi terendah dalam kurun waktu lima tahun terakhir.

Secara umum, tambah Nur, komoditas bahan makanan menjadi penyebab utama inflasi di Kaltim, terutama komoditas daging ayam ras dan ikan layang. Selain juga kenaikan tarif angkutan udara dan tarif pulsa ponsel juga menjadi penyebab tekanan inflasi.

Dilihat dari komponen pembentuknya, jelas Nur, kelompok administered price (komoditas yang harganya ditetapkan pemerintah) mengalami inflasi sebesar 0,39 persen (mtm) atau 5,89 persen (yoy), diikuti kelompok volatile foods sebesar 0,27 persen (mtm) atau 1,81 persen (yoy), dan kelompok inti berinflasi 0,13 persen (mtm) atau 3,11 persen (yoy).

Pada kelompok bahan makanan, daging ayam ras dan ikan layang menjadi komoditas penyumbang inflasi tertinggi pada Desember yang disebabkan adanya lonjakan permintaan menjelang Natal dan tahun baru.

"Disusul peningkatan tarif angkutan udara turut mendorong laju inflasi pada kelompok administered price seiring momen libur panjang akhirtahun. Untuk kelompok inti mampu menahan laju inflasi lebih dalam, terutama pada kelompok emas perhiasan, air kemasan dan gula pasir," ujar Muhammad Nur. (*)

Pewarta: M Ghofar

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017