Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Balikpapan, Kalimantan Timur, sedang kekurangan tenaga perawat. Saat ini, RSUD hanya memililki 123 orang perawat dari 200 yang diperlukan.

"Akibatnya perawat kami menjalani giliran kerja yang padat. Satu orang harus mengawasi 2 tempat tidur, padahal idealnya 2 tempat tidur itu diawasi 3 perawat," kata Kepala RSUD Balikpapan drg Dyah Muryani, Rabu.

Istilah "tempat tidur" merujuk kepada pasien yang sedang mengalami rawat inap. Sehari-hari, RSUD juga melayani pasien rawat jalan atau pasien yang hanya berobat dan tidak perlu sampai dirawat hingga menginap di rumah sakit.

Para perawat bekerja dalam 3 giliran atau shift. Ada giliran pagi, siang, dan malam. Satu giliran diisi 40 perawat.

Menurut drg Dyah, dengan tempat tidur yang selalu terisi 100 persen, para perawatnya bekerja ekstra keras.

"Tentu saja idealnya kita tambah jumlah perawatnya, tapi saat ini kan keuangan Pemkot tidak memungkinkan," kata Dyah.

Karena itu Direktur RSUD minta dukungan pihak swasta untuk melayani masyarakat.

Ia juga minta masyarakat menggunakan tahapan berobat yang ditetapkan BPJS Kesehatan. Orang bisa memulai berobat dari Puskesmas atau Pusat Kesehatan Masyarakat yang ada di lingkungan masing-masing. Sekarang Puskesmas tertentu juga menyediakan layanan rawat inap.

"Kami juga sekarang sedang membuat ruang admisi," kata drg Dyah. Ruang admisi adalah ruang tunggu pasien sampai ia mendapatkan kamar untuk perawatannya. Ruang itu semacam ruang transit pasien.

Kota Balikpapan memiliki 12 rumah sakit yang dimiliki pemerintah dan swasta.

Rumah Sakit Pertamina Balikpapan (RSPB), dan sekarang juga RS Siloam menjadi rujukan banyak warga, terutama yang berasal dari golongan atas Balikpapan.

Ada juga Rumah Sakit Kanujoso Djatiwibowo, rumah sakit milik Pemprov Kalimantan Timur. (*)       

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016