Samarinda (ANTARA Kaltim) - Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Tersanjung Hati di Desa Loa Duri Ilir, Loa Janan, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, memperoleh keuntungan bersih Rp30 juta per tahun dari berbagai unit usaha yang dijalankan.

"Beberapa unit usaha Bumdes Tersanjung Hati suah berjalan dengan baik. Namun untuk meningkatkan usaha yang ada, kami terus berusaha mengembangkannya dan mencari peluang baru," ujar Kepala Desa Loa Duri Ilir Fakhri Arsyad ditemui di desanya, Jumat.

Beberapa unit usaha yang dijalankan Bumdes Tersanjung Hati saat ini antara lain unit pasar desa, mesin fotocopy, pembuatan pot dari ban bekas, dan perkebunan kelapa sawit yang belum bisa panen karena umurnya baru mendekati tiga tahun.

Untuk unit pasar desa lanjutnya, disepakati lapak pasar tidak boleh dijual putus meski pedagang pasar ingin membeli beberapa juta rupiah per lapak, namun pihaknya bersama pengelola Bumdes sepakat lapak pasar disewa bulanan dengan harga Rp20 ribu per bulan.

"Kalau lapak pasar dijual putus, maka hanya di kepemimpinan saya saja mendapat hasil dari pasar. Tapi kalau disewa per bulan, maka siapa pun ke depan yang akan menjadi kepala desa pengganti saya, mereka akan tetap bisa mengelola anggaran dari lapak pasar,"ujar Fakhri.

Untuk unit usaha mesin fotocopy, lanjutnya, harga yang dipatok lebih murah ketimbang harga di luar, yakni hanya Rp200 per lembar, sementara di usaha lain di sekitar desa itu seharga Rp250 per lembar.

Dari Rp200 per lembar ini, katanya, pengelola sudah mendapat honor per bulan dan beberapa rupiah setiap lembar yang dicopy sudah disisihkan untuk biaya pelatihan plus pengkaderan. Itu pun masih ada keuntungan untuk masuk kas Bumdes.

Sementara untuk unit usaha pembuatan pot dari ban mobil bekas, pengelola Bumdes membeli ban bekas kisaran Rp7.000 hingga Rp20.000 per buah plus ongkos angkutnya.

Dari ban bekas yang dibeli tersebut kemudian diolah menjadi pot berikut ukirannya, kemudian dijual dengan harga Rp100 ribu untuk ukuran sedang dan Rp120.000 untuk pot dari ban ukuran besar.

Untuk unit usaha perkebunan, saat ini belum punya penghasilan karena kelapa sawit yang ditanam 2,5 tahun lalu belum berbuah, namun diyakini mulai tahun depan unit ini akan memperoleh keuntungan dari penjualan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit.

"Penghasilan dari Bumdes ini kami bagi, sebagian masuk kas Bumdes, sebagian masuk kas APBDes, dan sebagian untuk operasional. Khusus dana yang masuk ke kas Bumdes inilah yang totalnya mencapai Rp30 juta per tahun," katanya.

Ia juga mengaku sedang melirik usaha lain dalam pengembangan Bumdes, seperti pembuatan keramba ikan di Sungai Mahakam, pembangunan gudang elpiji karena Bumdes akan menjual elpiji, dan pembuatan enam rumah walet untuk enam dusun di desa tersebut.(*)    

Pewarta: M Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016