Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Penduduk Provinsi Kalimantan Timur yang ikut dalam investasi pasar saham hingga saat ini lebih kurang 7.400 orang, kata Kepala Kantor Bursa Efek Indonesia Perwakilan Balikpapan Dinda Ayu Amalia.
"Kami mencatat hingga September 2016 terdapat sekitar 1.200 investor baru di Kaltim yang ikut investasi di pasar saham atau meningkat sekitar 20 persen," ujarnya di Balikpapan, Jumat.
Dari 7.400 orang tersebut, menurut Dinda, sekitar 6.400 orang di antaranya memiliki "Login Single Identification" (SID), namun yang mengakses hanya 814 orang.
SID merupakan akses untuk memantau pergerakan, termasuk tindak yang merugikan pada portofolio yang dipercayakan kepada investor.
"Kami masih perlu program pemahaman investasi supaya masyarakat bisa bergabung dengan pertumbuhan ekonomi, karena jumlah 7.400 orang itu kurang dari satu persen penduduk Kaltim dan yang `mengakses hanya 814 orang masih jauh sekali," jelas Dinda.
Ia menjelaskan, kendati jumlah masyarakat yang berinvestasi di pasar saham meningkat, namun BEI belum mampu mendongkrak SID dari sejumlah transaksi aktif, karena keterbatasan sumber daya manusia di pasar modal.
"Minimal dibutuhkan 10.000 karyawan yang punya WPPE (wakil perantara pedagang efek) pemasaran terbatas. BEI sekarang menerbitkan WPPE pemasaran terbatas bersama Otoritas Jasa Keuangan atau OJK dan standar profesi," kata Dinda.
Dia menyatakan terdapat lima daerah di Kaltim yang cukup bagus pertumbuhan investor baru yang ikut dalam investasi pasar saham, yakni Balikpapan ada 3.721 orang, Samarinda 2.261 orang, Bontang 701 orang, kemudian Kutai Kartanegara, dan Kutai Timur.
"Para investor di Kaltim lebih menyukai pasar saham bidang properti dan industri barang konsumsi, termasuk obat-obatan paten," jelasnya.
Dalam tiga tahun terakhir, tambah Dinda, jika dihitung dari pergerakan IHSG (indeks harga saham gabungan), rata-rata imbal hasil investasi di pasar modal sebesar 9,23 persen.
"Nilai itu lebih tinggi dibanding imbal hasil dari surat utang pemerintah 8,03 persen atau emas yang hanya 2,65 persen maupun dana di deposito perbankan dengan tingkat bunga rata-rata 7,97 persen," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016
"Kami mencatat hingga September 2016 terdapat sekitar 1.200 investor baru di Kaltim yang ikut investasi di pasar saham atau meningkat sekitar 20 persen," ujarnya di Balikpapan, Jumat.
Dari 7.400 orang tersebut, menurut Dinda, sekitar 6.400 orang di antaranya memiliki "Login Single Identification" (SID), namun yang mengakses hanya 814 orang.
SID merupakan akses untuk memantau pergerakan, termasuk tindak yang merugikan pada portofolio yang dipercayakan kepada investor.
"Kami masih perlu program pemahaman investasi supaya masyarakat bisa bergabung dengan pertumbuhan ekonomi, karena jumlah 7.400 orang itu kurang dari satu persen penduduk Kaltim dan yang `mengakses hanya 814 orang masih jauh sekali," jelas Dinda.
Ia menjelaskan, kendati jumlah masyarakat yang berinvestasi di pasar saham meningkat, namun BEI belum mampu mendongkrak SID dari sejumlah transaksi aktif, karena keterbatasan sumber daya manusia di pasar modal.
"Minimal dibutuhkan 10.000 karyawan yang punya WPPE (wakil perantara pedagang efek) pemasaran terbatas. BEI sekarang menerbitkan WPPE pemasaran terbatas bersama Otoritas Jasa Keuangan atau OJK dan standar profesi," kata Dinda.
Dia menyatakan terdapat lima daerah di Kaltim yang cukup bagus pertumbuhan investor baru yang ikut dalam investasi pasar saham, yakni Balikpapan ada 3.721 orang, Samarinda 2.261 orang, Bontang 701 orang, kemudian Kutai Kartanegara, dan Kutai Timur.
"Para investor di Kaltim lebih menyukai pasar saham bidang properti dan industri barang konsumsi, termasuk obat-obatan paten," jelasnya.
Dalam tiga tahun terakhir, tambah Dinda, jika dihitung dari pergerakan IHSG (indeks harga saham gabungan), rata-rata imbal hasil investasi di pasar modal sebesar 9,23 persen.
"Nilai itu lebih tinggi dibanding imbal hasil dari surat utang pemerintah 8,03 persen atau emas yang hanya 2,65 persen maupun dana di deposito perbankan dengan tingkat bunga rata-rata 7,97 persen," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016