Bandung (ANTARA Kaltim) - Kontingen DKI Jakarta menyabet gelar juara umum perlombaan cabang olahraga sepatu roda Pekan Olahraga Nasional XIX/2016 yang berakhir Minggu, dengan perolehan enam medali emas, enam perak dan satu perunggu.

Peringkat kedua disandang kontingen tuan rumah Jawa Barat dengan raihan lima emas dan tiga perunggu, sementata Jawa Timur di posisi ketiga dengan empat emas, dua perak dan dua perunggu.

Predikat juara umum diraih tim DKI Jakarta setelah pada perlombaan terakhir yang berlangsung di komplek Stadion Gelora Bandung Lautan Api bisa menambah dua medali emas.

Tambahan dua medali emas di hari terakhir tersebut menjadi kunci sukses tim ibukota untuk menyalip tuan rumah, yang dalam tiga hari sebelumnya menduduki klasemen perolehan medali.

Medali emas tim DKI Jakarta disumbangkan Eri Marina Yo yang berlaga di nomor maraton 42 kilometer putri dan nomor Team Time Trial (TTT) 10 kilometer putri melalui kuartet Eri Marina Yo, Latifa, Aisa, dan Natasya,.

Untuk kategori maraton putra, medali emas diraih Alan Candra dari Jawa Tengah, perak direbut Regie Yumastuti dari DKI Jakarta dan perunggu menjadi milik Calvin Leonardo Langi dari Banten.

Sementara pada kategori TTT 10 kilometer putra, medali emas diraih tim Jatim yang menurunkan Okky Adrianto, Niko, Rafi, dan Yossi, sedangkan medali perak milik Jateng yang menurunkan Arif, Alan candra, Indra, dan Viero, serta perunggu oleh Jabar dengan Elvio, aldi, Herman dan Meldi.

Sementara itu, tim Kalimantan Timur pada perlombaan terakhir hanya mampu menambah satu medali perak yang disumbangkan oleh Nur Anisa, Sukma Intan, Ratu Afifah, dan Natasya Marcelina di nomer TTT putri.

"Kami hanya bisa menambah satu perak dipertandingan terakhir sehingga total perolehan medali kita hanya satu perak dan satu perunggu," kata pelatih tim sepatu roda Kaltim Karta Wibawa.

Menurut ia, banyak faktor yang menjadi penyebab kegagalan anak asihnya untuk memenuhi target medali emas, salah satunya peraturan yang diterapkan pada PON kali ini sangat aneh dan memaksakan, apalagi masih menggunakan peralatan manual.

"Salah satu contoh aturan yang aneh seperti start untuk nomor lintasan dilakukan per individu atlet, bukan dibarengkan secara serentak, sehingga kondisi ini memungkinkan ada pencurian catatan waktu," jelasnya. (*)

Pewarta: Arumanto

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016