Bandung (ANTARA Kaltim) - Perlombaan cabang olahraga sepatu roda PON XIX/2016 di lintasan GOR Saparua, Bandung, Jawa Barat, Jumat, diwarnai munculnya keputusan kontroversial, ketika panitia secara mengejutkan menetapkan juara bersama pada nomor Individual Time Trial 1.000 meter putra dan putri.

Keputusan gelar juara atau peraih medali emas bersama itu muncul setelah catatan waktu yang dibukukan atlet dari dua daerah berbeda sama persis, baik di kategori putri maupun putra.

Pada ITT 1.000 meter putri, panitia menetapkan atlet sepatu roda asal Papua Raysha Damatra dan Denta Iswara Kiranasari (Jawa Tengah) menyelesaikan perlombaan dengan catatan waktu sama 1 menit 34 detik, sehingga diputuskan keduanya berhak atas medali emas.

Peringkat kedua nomor ini ditempati Eri Marina (DKI Jakarta) dengan catatan waktu 1 menit 36,24 detik, sementara Salma Falya Niluh (Jabar) di urutan ketiga dengan waktu 1 menit 36,25 detik.

Kejadian serupa juga muncul di kategori putra, ketika medali emas bersama direbut Arya Fikri Prasetya dari Jawa Timur dan atlet tuan rumah Aldy Raharja, yang oleh panitia ditetapkan sama-sama mencatat waktu tercepat 1 menit 28,096 detik untuk jarak tempuh 1.000 meter.

Adapun medali perak diraih Yossi Aditya Nugraha (Jatim) dengan catatan waktu 1 menit 29,509 detik dan perunggu menjadi milik Endi Dwi Prastyo (Jambi) yang membukukan waktu 1 menit 29,579 detik.

Manajer tim sepatu roda Jateng Sri Rahayu Ningsih menyatakan kecewa dengan penetapan juara bersama tersebut, karena menjadi catatan sejarah pertama dalam perlombaan sepatu roda di tingkat nasional.

"Mana mungkin catatan waktu sepersekian detik bisa sampai sama persis. Menurut saya ini keanehan dan terkesan dipaksakan oleh panitia," katanya.

Namun demikian, Sri Rahayu menyatakan bersyukur karena dalam situasi yang serba tidak jelas tersebut, timnya masih mampu mendapatkan medali emas di nomor ITT putri.

"Target kami bisa tiga emas dan sampai sekarang baru satu emas, mudah-mudahan di nomor relay kita bisa meraih emas," katanya.

Atlet sepatu roda Jateng Denta Iswara Kiranasari yang ditemui usai perlombaan juga mengaku kecewa atas penobatannya sebagai juara bersama dengan atlet Papua.

Ia mengklaim catatan waktunya lebih baik karema berhasil memimpin jauh para pesaingnya asal Papua tersebut.

"Ya, kalau fair harusnya saya sendiri juaranya, bukan juara bersama, sebab atlet Papua itu catatan waktunya jauh sekali, bahkan dengan atlet peringkat kelima sekalipun," jelasnya. (*)

Pewarta: Arumanto

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016