Samarinda (ANTARA Kaltim) - Ketua Asosiasi Provinsi PSSI Kalimantan Timur Yunus Nusi menyambut positif rencana pemerintah untuk mencabut sanksi pembekuan PSSI, sehingga iklim persepakbolaan di Tanah Air kembali bergairah.

Yunus Nusi saat ditemui di Samarinda, Kamis, mengatakan harus ada titik temu antara pemerintah dan PSSI untuk menyelesaikan persoalan, karena konflik yang berlangsung hampir setahun ini telah berdampak luas, tidak hanya pada sepak bola tetapi juga cabang olahraga lainnya.

"Menurut saya bagus saja kalau sanksi pembekuan PSSI itu segera dicabut, karena kita sebagai pelaku ikut merasakan betapa rumitnya dampak yang ditimbulkan karena adanya konfik sepak bola nasional ini," kata mantan Ketua KNPI Kaltim itu.

Sebagai panitia penyelenggara turnamen Piala Gubernur Kaltim 2016, Yunus merasakan rumitnya mengurusi sebuah pertandingan sekelas turnamen, akibat adanya dua lembaga yang mempunyai kewenangan untuk mengurusi pertandingan sepak bola, yakni tim transisi PSSI dan PT Liga Indonesia.

"Kalau kita berkonsultasi dengan salah satu pihak, maka dianggap pro (mendukung) sebelah, begitu juga sebaliknya. Inikan tidak sehat dan terus terang kami pelaku sepak bola dibuat pusing kepala," papar Yunus.

Ia dan insan sepak bola di Kaltim sangat berharap konflik tersebut segera berakhir, mengingat sepak bola merupakan olahraga paling populer dan digemari masyarakat.

"Semua pihak yang terlibat harus saling legowo dan mengedepankan kepentingan yang lebih besar agar kompetisi sepak bola bisa bergulir lagi sebagai hiburan rakyat, dan tentunya juga tidak melepaskan target prestasi yang lebih baik lagi," tambah Yunus.

Rencana pencabutan sanksi pembekuan PSSI itu disampaikan Ketua Komite Ad Hoc Agum Gumelar usai melakukan pertemuan dengan Presiden Jokowi dan Menpora Imam Nahrawi, Rabu (24/2).

Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi menyatakan akan memutuskan pencabutan sanksi PSSI ini secepatnya satu hingga dua hari ke depan, sekaligus mengkaji dari berbagai sisi. (*)

Pewarta: Arumanto

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016