Samarinda (ANTARA Kaltim) - Mewujudkan generasi madani di masa akan datang, guru di Kaltim diminta untuk memberikan pengajaran kepada anak dengan lebih menekankan tentang aqidah, khususnya dalam kurikulum muatan lokal.

Dalam Kurikulum tersebut diharapkan tidak bertentangan dengan hati, sehingga tidak terjadi konflik antar siswa. Apalagi harus mengejar angka yang tertuang dari ekpresi lembar jawaban siswa. Bahkan guru-guru berlomba-lomba untuk menaikkan standar nilai siswa, dengan tujuan bagaimana agar kualitas mutu sekolah terlihat bagus.

Dalam pendidikan guru diminta jangan lupa, karena mengejar masa depan tidak tergantung dengan pendidikan yang didasari dengan angka. Kita bangga anak kita mampu memiliki nilai Bahasa Inggris tinggi, begitu juga dengan Bahasa Perancis. Tetapi, kita lupa dengan aqidah anak-anak.

 "Jadi, diharapkan pemahaman tentang aqidah sangat diperlukan dalam muatan lokal termasuk pemahaman tentang bahasa daerah. Karena itu, sesuai arahan Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak,” kata Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setprov Kaltim M Sa’bani usai membuka seminar pendidikan pengembangan kurikulum muatan lokal di Kantor Gubernur Kaltim, Rabu.

Hal itu, merupakan peran dari guru-guru di sekolah untuk memberikan pemahaman, selain orang tua yang mengajarkan di rumah. Walaupun terkadang orang tua tidak sepenuhnya mengajarkan kepada anak-anak mereka.

Pemahaman tersebut sangat diperlukan, agar anak-anak memahami bahasa daerah mereka, khusus tentang bahasa daerah. Bahasa ini harus dipelihara, agar anak-anak dapat melestarikan bahasa di daerah.

Karena itu, selain tentang aqidah yang baik harus ditanamkan kepada anak-anak, pemahaman tentang seni dan budaya daerah juga sangat diperlukan untuk diajarkan di sekolah, khususnya melalui kurikulum muatan lokal.

“Ini yang menjadi kebijakan Gubernur Kaltim untuk bagaimana pendidikan di daerah ini tidak melupakan kebudayaan daerah, baik seni dan bahasa. Karena, Kaltim bukan hanya kaya akan sumber daya alam tetapi juga bahasa, seni dan budaya. Ini patut dipelihara,” jelasnya.

Sesuai dengan harapan dalam seminar tersebut, kurikulum yang dibangun dapat melahirkan generasi yang madani, maka diharapkan bukan hanya sekedar pernyataan tetapi harus dipahami dengan benar. Karena, kata-kata madani ini telah digunakan zaman Rasulullah yang mampu mewujudkan Kota Madinah dengan kondisi yang serba indah, jujur, baik, rapi dan tertib.

Mempersiapkan kondisi ini tidak mudah. Karena itu, guru-guru harus juga meningkatkan kualitas kemampuannya. Apalagi, akhir tahun ini dan diawal tahun depan Indonesia sudah memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) diberbagai bidang.

“Kita tidak tahu apakah guru-guru masuk dalam persaingan tersebut. Kalau terjadi, maka guru-guru harus siap. Karena, di Malaysia saja, guru Matematika mereka sudah menggunakan Bahasa Inggris dalam menjalankan proses belajar mengajar. Karena itu, kita harus mampu bersaing,” jelasnya.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kaltim Dwi Nugroho Hidayanto mengatakan seminar ini dilakukan setelah adanya kajian yang dilaksanakan para peneliti di Kaltim tentang pengembangan kurikulum muatan lokal di daerah.

“Kajian tersebut dilaksanakan di empat daerah, yakni Paser, Kutai Barat, Kutai Kartanegara dan Berau. Kegiatan ini dilaksanakan atas kerjasama Balitbangda Kaltim dengan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Kaltim dan Perhimpunan Ahli Manajemen Mutu Pendidikan (Peramupadi) Kaltim,” jelasnya.

Tujuan dari kajian yang telah dilakukan adalah untuk mencari data dan informasi awal berkaitan dengan SDA, seni budaya dan kearifan lokal. Selain itu, bagaimana mengetahui cara masyarakat melestarikan SDA, seni budaya dan kearifan lokal.

“Dari kajian ini diharapkan dapat memberikan mamanfaat, yakni menjadi informasi bagi masyarakat terutama para guru dan kepala sekolah serta para siswa di daerah yang bersama pemerintah turut melestarikan SDA, seni budaya dan kearifan lokal,” jelasnya.(Humas Prov Kaltim/jay)

 

Pewarta:

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015