Samarinda (ANTARA Kaltim) - Pelatih tinju Kalimantan Timur Carol Renwarin menilai hasil prakualifikasi PON belum bisa menjadi ukuran untuk memproyeksikan perolehan medali pada PON XIX tahun 2016 di Jawa Barat.

Carol Renwarin ketika ditemui di Samarinda, Kamis, mengatakan pelaksanaan pra-PON wilayah hanya sebatas perjuangan setiap daerah untuk meloloskan atlet menuju PON 2016 dan sama sekali belum mencerminkan kekuatan petinju secara nasional.

"Kalau kebetulan daerah dapat grup yang ringan maka peluangnya untuk lolos sangat terbuka lebar, namun sebaliknya bila masuk dalam grup yang punya petinju terbaik, persaingan merebut tiket PON tentunya semakin ketat," jelasnya.

Pelatih asal Papua itu mengatakan pada saat pra-PON beberapa waktu lalu, ada sejumlah petinju yang sengaja menghindari pertarungan dengan petinju andalan dengan alasan sakit.

Anehnya, lanjut Carol, petinju tersebut akhirnya mendapatkan tiket lolos PON, karena dia bisa meraih peringkat ketiga yang merupakan batas terakhir untuk pra-PON Wilayah.

"Saya tidak mau sebut nama, tapi itu terjadi saat kita melakoni pra-PON Wilyah II di NTT," jelasnya.

Pada pra-PON tersebut, kontingen Kalimantan Timur berhasil merebut juara umum dengan meraih tiga emas, tiga perak dan dua perunggu.

Dari hasil itu, Kaltim meloloskan 10 petinju, terdiri dari delapan petinju melalui kejurnas pra-PON dan dua lagi mendapatkan "wild card" (lolos otomatis) karena bergabung di pelatnas, yakni Kristianus Nong Sedo dan Ester Erni Rusumbre.

Carol berharap tiga emas yang diraih anak asuhnya bisa menjadi modal untuk menambah motivasi dalam berlatih untuk menghadapi pertarungan sesungguhnya di Jabar tahun depan.

"Ini baru langkah awal, makanya untuk semua petinju baik yang meraih emas atau tidak harus mempersiapkan diri lebih giat lagi. Ingat, PON 2016 lawan yang kita hadapi lebih berat, kalau kita tidak siap maka mustahil hasil terbaik bisa diraih," jelasnya. (*)

Pewarta: Arumanto

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015