Samarinda (ANTARA Kaltim) -  Kenaikan harga atau inflasi sejumlah komoditas bahan makanan yang terjadi di Provinsi Kalimantan Timur pada Ramadhan 1436 Hijriyah ini, tidak setinggi inflasi pada Ramadhan tahun sebelumnya karena banyak faktor yang mempengaruhi.

"Ada banyak hal yang mempengaruhi mengapa inflasi Ramadhan ini tidak setinggi tahun lalu, diantaranya karena ekonomi Kaltim agak lesu, sama seperti sejumlah daerah lain di Indonesia sebagai dampak menurunnya perekonomian global," ujar Kabid Perdagangan Dalan Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kaltim Muhammad Yunus di Samarinda, Minggu.

Faktor lainnya adalah karena masyarakat semakin sadar untuk tidak berlaku konsumtif, yakni warga hanya membeli kebutuhan pokok yang mendesak diperlukan, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya perilaku konsumtif warga Kaltim sangat tinggi karena mumpung banyak uang.

Hal yang tak kalah penting mempengaruhi tidak tingginya laju inflasi adalah peran Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kaltim, ditandai dengan intensifnya kerja sama dengan Bank Indonesia Kantor Perwakilan Kaltim dan terus melakukan koordinasi dengan pihak terkait, seperti pedagang dan para distributor bahan makanan.

Koordinasi dengan para pedagang dan para agen itu, diantaranya meminta para agen maupun distributor untuk tidak menahan bahan kebutuhan pokok yang ada di gudang, supaya stok barang di pasar tercukupi.

"Kita mengetahui bahwa setiap Ramadhan permintaan barang oleh masyarakat selalu naik, apabila barang di pasar menipis, tentu harga akan melambung. Jadi, peran kami adalah bekerja sama dengan distributor agar mencukupi bahan yang dibutuhkan masyarakat, sehingga harga barang tidak terlalu naik," katanya.

Ramadhan tahun lalu, kenaikan bahan makanan terutama cabai, kacang-kacangan, buah-buahan tingkat kenaikannya sekitar 100 persen, tetapi Ramdhan tahun ini kenaikannya masih jauh dari 50 persen.

Untuk harga cabai tiung misalnya, sehari sebelum memasuki Ramadhan masih seharga sekitar Rp25 ribu per kg, kemudian megalami kenaikan perlahan dan hingga saat ini harganya pada kisaran Rp35 ribu per kg atau mengalami kenaikan sekitar 29 persen.

Dia berharap harga yang tidak berinflasi signifikan ini akan bertahan hingga menjelang lebaran, sehingga daya beli masarakat masih tetap terjangkau. (*)

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015