Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Para penumpang KM Titian Muhibah, kapal kayu yang tenggelam pada Selasa (9/6) dini hari di perairan Selat Makassar, sempat terombang-ambing di lautan selama 40 jam lebih sebelum ditolong kapal perang AS, USS Rushmore.

"Kami berpegangan pada kayu yang kebetulan banyak tumpah dari kapal yang tenggelam," tutur Irma (18 tahun), salah seorang penumpang yang ditemui beberapa saat setelah tiba di Pelabuhan Semayang, Balikpapan, Kalimantan Timur, Kamis.

KM Titian Muhibah berangkat dari Pelabuhan Tanjung Laut, Bontang, Kaltim, pada Senin (8/6) pukul 13.30 Wita menuju Mamuju, Sulawesi Barat, dan sedianya tiba Selasa (9/6) siang.

Irma dan 34 korban lainnya dijemput oleh kapal Rescue Boat (RB) 215 milik Basarnas dari USS Rushmore dan dievakuasi lanjutan ke Balikpapan.

Setelah mengantar rombongan pertama ini, kapal RB 215 kembali ke laut untuk menjemput rombongan kedua yang masih ada di kapal perang tersebut.

Irma menceritakan, satu batang balok atau papan dipegang bersama 4-5 orang. Mereka juga saling menjaga dan saling menguatkan.

Selama itu juga semua bertahan dengan memakan sejumlah makanan yang sedianya menjadi bekal mereka dalam perjalanan Bontang-Mamuju tersebut.

"Ada roti, snack (makanann ringan), yang juga ikut tumpah ke laut. Itu kami pungut lagi dan kami makan bersama," tambah Nabil (20), penumpang lainnya.

Namun demikian, tidak ada air tawar dan mereka terpaksa tidak minum hingga 40 jam tersebut.

Dari mereka yang tiba di Pelabuhan Semayang, terlihat sebagian besar adalah remaja dan lelaki dewasa yang berbadan tegap.

Akhirnya mereka yang mengapung-apung di laut itu ditolong oleh kapal USS Rushmore pada Rabu (10/6) sore sekira pukul 17.00 Wita. Dihitung kemudian jumlah mereka yang berhasil ditolong sebanyak 65 orang.

Di kapal perang itu, para penumpang selamat diberi air dan makanan, juga handuk untuk mengeringkan badan. Mereka yang mengalami luka-luka mendapat perawatan.

"Ada lima penumpang lainnya ditolong oleh kapal nelayan dan dibawa ke Mamuju," kata Direktur Direktorat Polisi Perairan Polda Kaltim Kombes M Yassin Kosasih saat ditemui di Pelabuhan Semayang.

Berkat pertolongan kapal perang Amerika Serikat itu, kondisi korban saat tiba di Pelabuhan Semayang sudah terlihat cukup sehat secara fisik. Meskipun tampak kusam terbakar matahari, sebagian mereka bisa bercerita dengan lancar.

"Pertolongan pertamanya sangat baik. Mereka diberi air yang banyak sehingga cepat pulih," kata dr Siti Hatijah, dokter dari Kantor Kesehatan Pelabuhan Semayang Balikpapan.

Di sisi lain, Irma mengaku melihat tubuh sepupunya berusia 8 tahun dan tantenya, sudah tidak bernyawa lagi. Seperti mereka juga, jasad keduanya terapung-apung di laut dan Irma yang kondisinya lemah tidak dapat berbuat apa-apa.

Penumpang yang juga kehilangan anggota keluarga adalah Kabul. Pria berusia 40 tahun ini istri dan tiga anaknya menjadi penumpang KM Titian Muhibah.

"Saya tidak tahu mereka ada di mana," kata Kabul dengan tatapan kosong.

Kehilangan anggota keluarga juga menimpa Wawan (35 tahun), tetapi ia bukan penumpang kapal nahas tersebut.

Menurut Wawan yang datang dari Bontang ke Pelabuhan Semayang, istri, dua anak dan ibu mertuanya menjadi penumpang KM Titian Muhibah. Namun, ia tidak menemukan ketiganya diantara korban selamat yang ditolong USS Rushmore.

Sambil menunggu rombongan kedua tiba, para korban kemudian diberi tempat di ruang tunggu VIP Pelabuhan Semayang. Di ruang berpenyejuk udara itu oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Balikpapan sudah disediakan tempat tidur dan fasilitas toilet yang bersih. (*)

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015