Samarinda (ANTARA Kaltim) - Tingkat asupan gizi warga di Provinsi Kalimantan Timur mengalami penurunan baik pada anak-anak usia di bawah lima tahun (balita) dewasa hingga ibu hamil dan menyusui, sehingga masalah gizi ganda tersebut harus mendapat penanganan serius dari semua pihak terkait.
"Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), menunjukan status gizi balita di Kaltim menurun dari 17,1 persen pada 2010 menjadi 16,6 persen pada 2013," ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim Rini Sukesih sebelum membuka seminar Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Samarinda, Selasa.
Demikian pula dengan ibu hamil, menurut dia, tingkat asupan gizinya juga menurun, yakni dari 27 persen pada 2010 menjadi 24,2 persen pada 2013.
Sementara prevalensi balita pendek (kesesuaian perbandingan tinggi badan dengan umur) menurun menjadi 27, 6 persen pada 2013 dibanding 2010 yang mencapai 29,1 persen, serta balita kurus dari 12,9 persen pada 2010 menjadi 11,6 persen pada 2013.
Sebaliknya, kata dia, untuk balita gemuk justru terjadi peningkatan, yakni dari 9,6 persen pada 2010 menjadi 12,6 persen pada 2013.
Demikian juga orang dewasa yang menujukan peningkatan tingkat obesitas masyarakat menjadi 20,6 persen atau jauh dari tingkat obesitas nasional yang hanya 14,8 persen.
Kondisi tersebut, menurut dia, turut menjadi faktor penyumbang peningkatan angka kematian akibat penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes, dan stroke.
Menurut Rini semuanya berhubungan erat dengan pola konsumsi paket pangan, yakni menyangkut jumlah dan mutu keamanan pangan yang dikonsumsi masing-masing usia.
"Menyangkut masalah kekurangan asupan gizi seimbang, secara tidak langsung berdampak kekurangan zat mikro seperti zat besi, asupan zink, asam polat, iodium, serta vitamin B1 dan B12 yang dapat menyebabkan anemia, maupun mengganggu perkembangan fisik dan mental anak," ujarnya.
Sedangkan untuk orang dewasa, kata dia, kekurangan asupan gizi seimbang dapat menyebabkan kelelahan, kurangnya daya tanah tubuh, dan dapat menurunkan produktivitas maupun kinerja.
Pelaksanaan seminar ini, katanya, mengindikasikan masih perlu penanganan besar bidang peningkatan gizi masyarakat, sedangkan masukan yang diharapkan dapat mempercepet pencapaian target MDGs 2015 berkaitan peningkatan gizi.
Selama ini, katanya, Pemprov Kaltim terus berupaya meningkatkan pelayanan dan menyikapi berbagai tantangan pembangunan bidang kesehatan, apalagi hingga kini daerah ini masih menghadapi masalah gizi ganda, yakni masalah kekurangan gizi, dan masalah kelebihan gizi.
Kondisi tersebut menunjukan makanan yang dikonsumsi masyarakat Kaltim belum sesuai kebutuhan, sehingga perlu upaya mengantisipasi masalah gizi ganda, yakni bagaiamana masyarakat bisa memberikan asupan ideal sehingga peningkatan gizi terpenuhi dan tidak berlebihan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014
"Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), menunjukan status gizi balita di Kaltim menurun dari 17,1 persen pada 2010 menjadi 16,6 persen pada 2013," ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim Rini Sukesih sebelum membuka seminar Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Samarinda, Selasa.
Demikian pula dengan ibu hamil, menurut dia, tingkat asupan gizinya juga menurun, yakni dari 27 persen pada 2010 menjadi 24,2 persen pada 2013.
Sementara prevalensi balita pendek (kesesuaian perbandingan tinggi badan dengan umur) menurun menjadi 27, 6 persen pada 2013 dibanding 2010 yang mencapai 29,1 persen, serta balita kurus dari 12,9 persen pada 2010 menjadi 11,6 persen pada 2013.
Sebaliknya, kata dia, untuk balita gemuk justru terjadi peningkatan, yakni dari 9,6 persen pada 2010 menjadi 12,6 persen pada 2013.
Demikian juga orang dewasa yang menujukan peningkatan tingkat obesitas masyarakat menjadi 20,6 persen atau jauh dari tingkat obesitas nasional yang hanya 14,8 persen.
Kondisi tersebut, menurut dia, turut menjadi faktor penyumbang peningkatan angka kematian akibat penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes, dan stroke.
Menurut Rini semuanya berhubungan erat dengan pola konsumsi paket pangan, yakni menyangkut jumlah dan mutu keamanan pangan yang dikonsumsi masing-masing usia.
"Menyangkut masalah kekurangan asupan gizi seimbang, secara tidak langsung berdampak kekurangan zat mikro seperti zat besi, asupan zink, asam polat, iodium, serta vitamin B1 dan B12 yang dapat menyebabkan anemia, maupun mengganggu perkembangan fisik dan mental anak," ujarnya.
Sedangkan untuk orang dewasa, kata dia, kekurangan asupan gizi seimbang dapat menyebabkan kelelahan, kurangnya daya tanah tubuh, dan dapat menurunkan produktivitas maupun kinerja.
Pelaksanaan seminar ini, katanya, mengindikasikan masih perlu penanganan besar bidang peningkatan gizi masyarakat, sedangkan masukan yang diharapkan dapat mempercepet pencapaian target MDGs 2015 berkaitan peningkatan gizi.
Selama ini, katanya, Pemprov Kaltim terus berupaya meningkatkan pelayanan dan menyikapi berbagai tantangan pembangunan bidang kesehatan, apalagi hingga kini daerah ini masih menghadapi masalah gizi ganda, yakni masalah kekurangan gizi, dan masalah kelebihan gizi.
Kondisi tersebut menunjukan makanan yang dikonsumsi masyarakat Kaltim belum sesuai kebutuhan, sehingga perlu upaya mengantisipasi masalah gizi ganda, yakni bagaiamana masyarakat bisa memberikan asupan ideal sehingga peningkatan gizi terpenuhi dan tidak berlebihan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014