Samarinda (ANTARA Kaltim)- Lembaga Kajian Olahraga Prestasi (Lekop) Kalimantan Timur meminta aturan mutasi atlet hendaknya diperkat pada pelaksanaan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) VI Kaltim tahun yang akan digelar di Kutai Timur guna menghindari konflik antarpeserta.

Ketua Lekop Kaltim Sabran Malisi di Samarinda, Jumat, mengatakan, ada dua poin penting yang harus dicermati dalam proses perpindahan atlet, yakni perpindahan atlet lokal di Kaltim dan perpindahan atlet antarprovinsi.

"Selain itu perpindahan atlet antarprovinsi inilah yang paling penting untuk dicermati, jangan sampai atlet diluar provinsi tersebut hanya bisa tampil di even daerah, dan kemudian kembali lagi ke provinsi asalnya," kata Sabran.

Menurut dia menjadi satu kerugian besar bila atlet luar Provinsi hanya bertanding sebatas pada Porprov, namun bisa diturunkan pada kejurnas dan PON.

"Karena itu proses verifikasi keabsahan atlet luar Provinsi ini harus benar-benar dijalankan sesuai mekanisme dan aturan yang berlaku, jangan sampai dimain-mainkan," katanya.

Menurut Sabran kejadian Porprov di Samarinda yakni penarikan mundur kontingen Balikpapan sebelum even tersebut berakhir sebagi bias dari proses atlet mutasi, hendaknya dijadikan cermin untuk menatap Porprov selanjutnya.

"Jangan sampai kejadian tersebut terulang lagi, ingat tujuan utama Porprov adalah untuk membangun manusia yang berjiwa sportif dan menciptakan persaudaraan antardaerah melalui olahraga dan harus diingat warisan terbesar dari olahraga adalah persahabatan.

Dia mengatakan kalau kemudian ada masalah seperti sekarang ini dimana Balikpapan mundur dari Porprov, itu bukan sesuatu yang mencerminkan sportivitas.

Sabran mengatakan menang kalah hal biasa dalam olahraga, karena dalam sebuah pertandingan pasti ada juaranya, namun hendaknya semua peserta Porprov tetap mengedepankan aspek persaudaraan.

"Kecurangan yang terjadi tidak di semua cabang dan kecurangan itu harus dilawan, bukan dengan cara mundur dari arena pertarungan," ujarnya.

Ia menilai keributan yang terjadi di arena Porprov yang hanya empat tahun sekali menurut Sabran hal yang biasa terjadi namanya juga olahraga, tapi setelah itu tetap ada rasa persaudaraan setelah pertandingan.

Namun, kata dia, tidak seperti yang terjadi di arena tinju pada petandingan Porprov, begitu petinju Samarinda kalah, petinju PPU dipukuli sampai koma dan masuk rumah sakit, itu namanya Samarinda juga tidak bisa menerima kekalahan, tidak mencerminkan sikap sportivitas.

Menurut Sabran, Balikpapan setidaknya bisa menghargai perhelatan terbesar di Benua Etam ini dengan tetap bertanding sementara PB Porprov sampai berakhir.

Namun dalam perjalanannya, kata Sabran, mereka tetap berjuang untuk mencari kebenaran akan fakta-fakta pelaksanaan Porprov yang dianggap menyimpang dari aturan.

"Seperti saat ini kalau Balikpapan mundur, terus siapa lagi yang idealis dan mau berjuang membela hal yang benar pada pelaksanaan Porprov ini," kata Sabran.    (*)

Pewarta: Arumanto

Editor : Amirullah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014