Samarinda (ANTARA Kaltim) - Pemerintah Kota Samarinda, Kalimantan Timur, menyatakan laju inflasi di daerah setempat pada Juli 2014 yang mencapai 0,66 persen dipicu oleh kenaikan harga bahan makanan, seperti daging sapi dan ayam, serta bumbu makanan.
Kepala Bagian Ekonomi Pemkot Samarinda Edi Mariansyah di Samarinda, Kamis (7/8), mengatakan angka itu terbilang lebih rendah dibandingkan dengan angka inflasi nasional yang mencapai 0,93 persen.
"Pada saat bulan Juli yang bertepatan bulan Ramadhan, sehingga memicu kenaikan harga sejumlah barang, salah satunya bahan makanan dan daging tadi," katanya.
Dibandingkan dengan bulan sebelumnya, katanya, laju inflasi pada Juli 2014 mengalami kenaikan 0,42 persen, dimana angka inflasi Samarinda pada Juni mencapai 0,24 persen.
Artinya, katanya, jika dibandingkan dengan periode Ramadhan tahun-tahun sebelumnya, inflasi pada Ramadhan 1435 Hijriah lebih terkendali.
Padahal, katanya, sempat ada asumsi bahwa pemberlakuan waktu untuk jam lintas bagi truk kontainer di Jalan Jakarta menuju pergudangan, diperkirakan bisa memicu inflasi akibat terhambatnya pasokan sembako yang masuk Samarinda.
"Alhamdulillah, asumsi itu ternyata tidak terbukti, menginggat para distributor di Samarinda pada umumnya jauh-jauh hari juga sudah lebih dulu menyetok barang sembako untuk tiga sampai empat bulan ke depan," ujar Edi Mariansyah.
Terkendalinya laju inflasi itu, kata dia, juga tak lepas dari peran Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Samarinda yang terus melakukan pemantauan harga untuk mengetahui secara dini pergerakan harga kebutuhan masyarakat.
"Tim ini yang memberikan informasi atau rekomendasi termasuk alternatif solusinya terhadap upaya yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam mengefektifkan pengendalian inflasi di daerah," katanya.
Ia menyatakan para pedagang tidak mengambil untung terlalu besar saat Lebaran.
"Terpenting yang patut kita syukuri dan dipuji, para pedagang berbagai kebutuhan pokok yang tidak mengambil keuntungan sangat besar saat Lebaran, sehingga tidak terjadi lonjakan harga cukup berarti sehingga inflasi selama Juli masih terjaga," kata Edi Mariansyah.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014
Kepala Bagian Ekonomi Pemkot Samarinda Edi Mariansyah di Samarinda, Kamis (7/8), mengatakan angka itu terbilang lebih rendah dibandingkan dengan angka inflasi nasional yang mencapai 0,93 persen.
"Pada saat bulan Juli yang bertepatan bulan Ramadhan, sehingga memicu kenaikan harga sejumlah barang, salah satunya bahan makanan dan daging tadi," katanya.
Dibandingkan dengan bulan sebelumnya, katanya, laju inflasi pada Juli 2014 mengalami kenaikan 0,42 persen, dimana angka inflasi Samarinda pada Juni mencapai 0,24 persen.
Artinya, katanya, jika dibandingkan dengan periode Ramadhan tahun-tahun sebelumnya, inflasi pada Ramadhan 1435 Hijriah lebih terkendali.
Padahal, katanya, sempat ada asumsi bahwa pemberlakuan waktu untuk jam lintas bagi truk kontainer di Jalan Jakarta menuju pergudangan, diperkirakan bisa memicu inflasi akibat terhambatnya pasokan sembako yang masuk Samarinda.
"Alhamdulillah, asumsi itu ternyata tidak terbukti, menginggat para distributor di Samarinda pada umumnya jauh-jauh hari juga sudah lebih dulu menyetok barang sembako untuk tiga sampai empat bulan ke depan," ujar Edi Mariansyah.
Terkendalinya laju inflasi itu, kata dia, juga tak lepas dari peran Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Samarinda yang terus melakukan pemantauan harga untuk mengetahui secara dini pergerakan harga kebutuhan masyarakat.
"Tim ini yang memberikan informasi atau rekomendasi termasuk alternatif solusinya terhadap upaya yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam mengefektifkan pengendalian inflasi di daerah," katanya.
Ia menyatakan para pedagang tidak mengambil untung terlalu besar saat Lebaran.
"Terpenting yang patut kita syukuri dan dipuji, para pedagang berbagai kebutuhan pokok yang tidak mengambil keuntungan sangat besar saat Lebaran, sehingga tidak terjadi lonjakan harga cukup berarti sehingga inflasi selama Juli masih terjaga," kata Edi Mariansyah.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014