Samarinda, (ANTARA Kaltim) -  Pada 18-23 Juni 2014 Pemprov Kaltim dipercaya pemerintah pusat menjadi tuan rumah gelar Teknologi Tepat Guna.

Acara yang dibuka Wakil Presiden Boediono pada 19 Juni dan ditutup Gubernur Kaltim pada 23 Juni tersebut ternyata berdampak riil terhadap perekonomian.

Saat penutupan, Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak mengatakan bahwa transaksi riil berbagai kegiatan selama penyelenggaraan TTG Nasional itu mencapai Rp17,6 miliar, sehingga hal ini turut memberdayakan perekonomian masyarakat.

Semenetara khusus transaksi peralatan TTG di sejumlah gerai pameran mencapai Rp2,3 miliar, seiring dengan banyaknya perusahaan maupun perorangan yang membeli maupun memesan berbagai alat untuk diterapkan di Kaltim dan daerah lain.

Transaksi dan perputaran uang yang totalnya mencapai Rp19,9 miliar itu merupakan pengeluaran riil dari seluruh peserta selama kagiatan, meliputi biaya penginapan, transportasi, dan pembelian cenderamata.

Jumlah transaksi sebesar itu belum termasuk transaksi lain yang tidak diketahui karena bisa dipastikan ada peserta yang berbelanja di luar acara, seperti saat berkunjung ke Kabupaten Kutai Kartanegara yang juga menyempatkan ke sejumlah pameran terkait Pesta Adat dan Budaya Erau.

Melalui gelar TTG, masyarakat telah belajar dan memahami pemanfaatan teknologi tepat guna untuk menunjang maupun mempermudah pekerjaan di daerah masing-masing sesuai dengan budaya lokal, sehingga pemanfaatan teknologi terapan merupakan hal yang harus dilakukan masyarakat.

Melalui gelaran ini diharapkan dapat memperkuat kerja sama antarpemerintah pusat dengan pemerintah daerah, dunia usaha, perguruan tinggi, dan pihak terkait lain sehingga akan terwujud pemberdayaan untuk kemandirian masyarakat.

Sementara berdasarkan catatan mengenai jumlah pengunjung di gerai pameran dan sejak pembukaan pada 19 Juni hingga penutupan pada 23 Juni, jumlahnya mencapai 25 ribu pengunjung sehingga hal ini juga merupakan salah satu indikator kesuksesan pergelaran TTG.

Satu hal lagi yang perlu mendapat perhatian semua pihak mengenai kemajuan teknologi adalah, optimalisasi dalam pemanfaatan dan inovasi teknologi agar masyarakat mendapat alat yang lebih mudah, lebih murah, dan lebih efisien dalam meningkatkan produksi dan produktvitasnya.

Ketika membuka acara tersebut, Wapres Boediono meminta kepada setiap kepala daerah di Indonesia agar membentuk sentra inovasi dan sentra koordinasi untuk memacu peningkatan inovasi maupun pengembangan teknologi yang tercipta sebelumnya.

Ke depan, masing-masing daerah harus memiliki sentra inovasi untuk percepatan pengembangan teknologi terapan karena manfaatnya sangat luas bagi masyarakat, terutama untuk menunjang perekonomian warga desa.

Pernyataan itu merupakan salah satu pesan penting yang disampaikan Boediono. Apabila setiap daerah telah memiliki sentra inovasi dan sentra koordinasi pengembangan TTG, maka peran Pos Pelayanan Teknologi (Posyantek) di setiap kecamatan akan lebih maksimal.

Dampak dari maksimalnya peran Posyantek di tiap kecamatan antara lain penemuan baru dan pengembangan teknologi yang ada sebelumnya akan terus meningkat. Hal ini terjadi lantaran tiap saat para pelaku dan pemanfaat teknologi kerap mendapat dorongan dari pemerintah daerah.

"Untuk itu saya meminta masing-masing daerah membentuk sentra koordinasi yang bisa mengoordinir pelayanan penemuan teknologi berkaitan dedngan penentuan teknologi yang tepat hingga proses pemanfaatannya bagi masyarakat," katanya.

Setiap pengembangan teknologi baru, katanya, harus disesuaikan dengan teknologi penemuan masyarakat yang akrab dengan kultur, budaya, dan sumberdaya alam yang ada di setiap daerah atau sesuai dengan kearifan lokal.

Dia juga mengatakan bahwa keberadaan TTG sangat penting bagi kemajuan daerah dan bangsa karena prestasi bangsa awalnya datang dari daerah. Apabila daerah maju, maka dampaknya bukan hanya kemajuan bagi daerah, tetapi efeknya sangat luas, yakni akan memabawa kemajuan bagi bangsa dan negara.

Untuk itu, Boediono meminta peran pemerintah daerah harus terus dimaksimalkan dalam mendukung pengembangan TTG yang telah dihasilkan masyarakat, terutama yang berkaitan dengan upaya meningkatkan kapasitas teknologi menjadi calon penerepan teknologi tepat guna. Sedangkan peran pemerintah pusat akan terus mendorong dan memfasilitasi pemerintah daerah dalam menunjang pengembangan TTG.

Hal terpenting dalam pengembangan TTG juga harus mendapat dukungan dan kerja sama dari perguruan tinggi, lembaga penelitian terkait, serta perbankan karena berkaitan pendanaan untuk pengembangan suatu teknologi baru terutama teknologi yang berskala besar.

Pembukaan gelar TTG tersebut dirangkai dengan sejumlah kegiatan, seperti penyerahan penghargaan kepada Posyantek berprestasi tingkat nasional, penyerahan sertifikat hak kekayaan intelektual bagi investor TTG.

Kemudian, juga dilakukan penyerahan sertifikat hak paten peneliti, penghargaan bagi juara lomba inovasi remaja, dan dilakukan pula penandatangan nota kesepahaman (MoU) antara Dirut BPJS dan Mendagri tentang optimalisasi peran pemerintah daerah dalam melaksanakan Jaminan Kesehatan Nasional.

Pembukaan tersebut dimeriahkan dengan tari massal yang didukung 600 penari dari Kelompok Seni Budaya (KSB) Seraong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kaltim.

Dalam kesempatan itu, Boediono juga diberi cenderamata berupa sarung Samarinda oleh salah seorang penari. Sedangkan Ny Herawati Boediono diberi cenderamata kain Ulap Doyo.

Acara pembukaan gelar TTG ditandai dengan penekanan tombol oleh Wapres Boediono didampingi Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, dan Wakil Menteri Hukum dan HAM Denny Indrayana.

Setelah pembukaan gelar TTG, Wapres juga meninjau lokasi pameran TTG dari 34 provinsi se Indonesia.

Hadir dalam acara pembukaan antara lain sejumlah pejabat Kemendagri, gubernur, bupati, wali kota, Ketua DPRD seluruh Indonesia, dan Kepala BPMPD dari seluruh Indonesia.



TTG Kaltim Sempurna

Setelah gelar TTG Nasional XVI Kaltim ditutup resmi Gubernur Kaltim pada 23 Juni, pemerintah pusat melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Kementerian Dalam Negeri menilai bahwa gelaran yang dipercayakan kepada Kaltim sebagai tuan rumah itu, sempurna.

"Pokoknya sulit saya ungkapkan dengan kata-kata karena semuanya bagus, saya belum menemukan celah, jadi hanya satu kata untuk Kaltim dalam menggelar TTG mulai 18 Juni hingga 23 Juni ini, sempurna," kata Yuliati, direktur Sumberdaya Alam (SDA) dan TTG, Ditjen PMD Kemendagri saat itu.

Pujian tu dikatakan Yuliati ketika ditemui setelah mengikuti penutupan gelar TTG yang dilaksanakan di Stadion Madya Sempaja, Samarinda. Acara penutupan itu juga dimeriahkan oleh tari massal bertajuk Tari Tajong Samarinda dan sejumlah artis Jakarta, seperti Dewi Yull dan Didi Kempot.

Ketika ditanya kembali tentang kemungkinan adanya kelemahan di sisi tertentu sebagai bahan evaluasi untuk penyelenggaraan TTG di darah lain pada 2015, Yuliati justru menjawab sambil menyanyikan lagu Sempurna milik Andra and The Backbone. "Pokoknya sempurna," katanya sambil menyanyi.

Ketika didesak dengan pertanyaan kesempurnaan itu meliputi apa saja, Yuliati baru mau menjawab. Dia mengaku selama 16 kali penyelenggaraan TTG Nasional di sejumlah provinsi, Yuliati merupakan orang yang dipercaya untuk meracik mulai dari proses awal hingga akhir, bahkan ketika rapat evaluasi juga kadang dia memimpin.

Dari setiap penyelenggaraan yang selalu ditanganinya itu, dia mengetahui dari daerah mana saja yang asal menyelenggarakan, asal jadi, dan asal kegiatannya terlaksana.

"Dari beberapa kali penyelenggaraan di sejumlah provinsi, selalu ada peserta yang melapor ke saya tentang kekurangan tuan rumah, ada yang melapor kurang ini, ada yang kurang itu, dan kurang lain-lain, tetapi di Kaltim laporan minus itu tidak ada, bahkan laporan yang masuk ke saya adalah pujian dari provinsi lain untuk Kaltim," katanya.

Terkait dengan itu, maka dia mengangkat jempol untuk Kaltim dan meminta kepada Provinsi Aceh yang akan menjadi tuan rumah TTG pada 2015, agar belajar kepada Kaltim supaya paling tidak penyelenggaraannya bisa seperti Kaltim.

Sementara itu, Wawan Munawar Kholid, kasubdit Pemasyarakatan dan Kerjasama Teknologi Perdesaan Direktorat SDA dan TTG Ditjen PMD, mengatakan bahwa selama 16 kali gelar TTG di Indonesia sejak 1998, Kaltim yang terbaik. "Kaltim best on the best," katanya.

Dia juga mengatakan bahwa selama gelar TTG di Kaltim pada 18-23 Juni 2014, bukan hanya sukses penyelenggaraan, tetapi juga sukses pemberdayaan ekonomi masyarakat karena berbagai kuliner tersedia, banyak terjadi alih teknologi dan transaksi teknologi.



Berantas Kemiskinan

Sementara itu, Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak meyakini bahwa pemanfaatan teknologi tepat guna mampu untuk memberantas kemiskinan karena dapat meminimalisir ongkos produksi, mempercepat, emperbanyak, dan meningkatkan mutu produksi.

"Pemanfaatan TTG secara optimal oleh masyarakat mampu mewujudkan usaha yang dapat mengefisienkan ongkos produksi, memperbaiki proses kualitas produk, meningkatkan kapasitas, dan nilai tambah produk sehingga dapat mengangkat taraf hidup masyarakat," ujarnya.

Menurut dia, pemanfaatan TTG secara optimal akan dapat terwujud apabila terjadi alih teknologi dari pencipta atau pemilik TTG kepada masyarakat pengguna.

Alih TTG dapat terjadi dengan berbagai cara, di antaranya melalui upaya pemasyarakatan TTG dan bertujuan mendorong meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan masyarakat sehingga warga menjadi lebih aktif dan berpikir rasional dalam mengeksploitasi sumberdaya alam bagi usaha meningkatkan pendapatan.

Pemasyarakatan teknologi yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan merupakan upaya yang strategis dalam rangka meningkatkan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

Dalam proses alih teknologi khususnya TTG kepada masyarakat, diperlukan campur tangan pemerintah untuk akselerasinya karena adanya sejumlah faktor, seperti kesenjangan akses informasi, keterbatasan modal, dan kendala geografi untuk menuju ke masyarakat perdesaan.

Sebagai upaya memeratakan dan meningkatkan pembangunan di seluruh Indonesia, maka pembangunan masyarakat perlu ditingkatkan sehingga dapat mencapai mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang adil dan sejahtera.

"Apalagi di era globalisasi ini, masyarakat dituntut memiliki kemampuan untuk memanfaatkan TTG secara optimal, guna peningkatan daya saing usaha dan produksi yang berkualitas agar peningkatan kesejahteraannya terwujud," katanya.

Melalui Lokakarya dan Rakornis TTG ini, dia berharap mampu merumuskan berbagai hal terkait pemanfatan teknologi, seperti mempercepat penanggulangan kemiskinan melalui peningkatan kemampuan kelembagaan pemanfaatan TTG oleh masyarakat.

Kegiatan ini juga bisa menunjang revitalisasi pertanian melalui pengembangan agroindustri dan agribisnis, meningkatkan kualitas teknologi tepat guna yang digunakan masyarakat dengan mendayagunakan sumberdaya lingkungan sekitar, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam identifikasi potensi lokal, perencanaan, pelaksanaan, pelestarian, dan pengembangan kegiatan pemanfaatan TTG bagi masyarakat perdesaan.

Sementara manfaat langsung yang ingin dicapai adalah menumbuhkan, menguatkan dan memandirikan fungsi kelembagaan TTG, dan memperluas pemanfaatan TTG sesuai ddeddngan kebutuhan masyarakat.

"Manfaat langsung lainnya adalah harus dapat meningkatkan kualitas teknologi perdesaan yang dimanfaatkan masyarakat, melakukan kerja sama TTG dengan berbagai pihak melalui pemberdayaan masyarakat secara efektif, efisien, terarah, terpadu, dan berkelanjutan," katanya.

Begitu hebatnya teknologi terapan yang bisa diakses hingga warga desa yang belum memiliki listrik, maka peran pemerintah sangat diharpkan untuk mendorong para pelaku dan pegiat teknologi agar terus berinovasi yang disesuaikan dengan budaya dan kearifian lokal. (*)

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014