Samarinda (ANTARA Kaltim) -  Badan SAR Nasional (Basarnas) menggunakan "Resistance Thermal Detector" (RTD), alat yang digunakan untuk menentukan nilai atau besaran suatu temperatur/suhu dalam upaya mencari pekerja yang terjebak di reruntuhan ruko yang roboh pada Selasa pagi, pukul 06.00 WITA.

"Kami menggunakan alat RTD untuk mengukur suhu di bawah reruntuhan gedung dalam upaya mencari korban yang masih hidup," ungkap Kepala Seksi Pos Badan SAR Nasional (Basarnas) Balikpapan Mujiono, ditemui di lokasi ruko ambruk, Selasa malam.

Pada pencarian pekerja di reruntuhan ruko ambruk itu kata Mujiono, tim SAR berhasil mendeteksi pekerja yang masih hidup dengan menggunakan RTD tersebut.

"Kami juga memasukkan kamera dan radar untuk mengetahui kondisi dan posisi korban. Berdasarkan deteksi alat itu, kami berhasil mengevakuasi empat pekerja, dua diantaranya meninggal dunia dan dua lainnya terluka," kata Mujiono.

Hingga Selasa malam, proses pencarian 10 pekerja yang dinyatakan terjebak di reruntuhan ruko masih terus dilakukan tim SAR gabungan.

Pencarian yang juga melibatkan puluhan personel Brimob dan Polresta Samarinda, personel Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Samarinda dan Kaltim, difokuskan pada titik respon deteksi RTD terhadap kemungkinan adanya pekerja yang masih hidup.

"Kami fokuskan pencarian pada dua titik, dimana berdasarkan deteksi RTD, adanya respon dari pekerja yang terjebak masih hidup. Walaupun lemah, namun alat itu menangkap respon sehingga tidak menutup kemungkinan masih ada korban yang masih hidup,sehingga proses pencarian akan terus kami lakukan," ujar Mujiono.

Ruko di kompleks perumahan Cendrawasih Permai itu ambruk pada Selasa pagi sekitar pukul 06.00 WITA.

Saat itu, terdapat 84 pekerja yang berada di dalam rumah toko berlantai tiga tersebut, 64 orang berhasil selamat sementara lima orang terluka.

Pada Selasa siang, satu pekerja berhasil ditemukan dalam kondisi selamat dan langsung dievakusi ke RSUD AW Syahranie Samarinda.

Tim SAR kembali menemukan dua pekerja di bawah reruntuhan pada Selasa sore namun keduanya meninggal dunia setelah sempat mendapat perawatan intensif di Rumah Sakit AW Syahranie Samarinda.

Selasa malam sekitar pukul 19.15 WITA, seorang pekerja bernama Suyaji berhasil dievakuasi setelah sempat tertimbun reruntuhan selama 13 jam.

Korban yang menderita patah kaki langsung dibawa ke RSUD AW Syahranie untuk mendapatkan pertolongan medis. (*)

Pewarta:

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014