Kepada Dinas Kesehatan (Dinkes) Balikpapan dr. Andi Sri Juliarty mengatakan Kota Balikpapan ditetapkan sebagai pilot project atau percontohan pelaksanaan vaksinasi Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi Kaltim berdasarkan Surat Keputusan (SK) Penjabat Gubernur Kaltim.
"Vaksinasi DBD adalah sebuah inovasi untuk pencegahan dan penanggulangan kasus DBD yang di inisiasi oleh Pemerintah Provinsi Kaltim dan Pemerintah Kota Balikpapan," katanya di Balikpapan, Kamis.
Ia menyebutkan bahwa pencegahan dan penanggulangan kasus DBD melalui vaksinasi merupakan yang pertama di Indonesia. Vaksin diberikan secara gratis oleh pemerintah kepada masyarakat. Untuk pengadaan vaksin di anggarkan dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Pemprov Kaltim.
Sri Juliarty menjelaskan Kota Balikpapan sebagai pilot project menerima sebanyak 9.800 dosis, tahapan-nya mulai Juni 2023, sebelum di launching Pj Gubernur Kaltim pada 12 November di Gedung Kesenian Balikpapan yang bertepatan dengan momentum Hari Kesehatan Nasional.
Menurutnya vaksin sebanyak 9.800 dosis tersebut tentunya tidak mencukupi sehingga harus dikaji agar tepat sasaran. Dalam kajiannya itu, Dinkes Balikpapan melihat rentan usia yang rawan terkena penyakit dari gigitan nyamuk aedes aegypty yaitu usia 5-14 tahun.
"Maka usia itu yang menjadi sasaran kami, dan untuk memudahkan prosesnya, kami cari tempat mereka berkumpul yaitu di sekolah," ungkapnya.
Dikemukakannya bahwa kajian itu belum selesai, setelah melihat usia dan menentukan tempat vaksin Dinkes Balikpapan juga melihat tingginya kasus per kecamatan dari enam kecamatan yang ada di Kota Balikpapan. Dari enam kecamatan itu yang paling tinggi ada di Kecamatan Balikpapan Utara, kemudian Balikpapan Tengah, .
Sri Juliarty menuturkan bahwa pelaksanaan vaksinasi itu telah berjalan dan kini sudah mencapai 60 persen, kendati sempat terhenti beberapa saat yang disebabkan libur nasional.
"Saat ini juga banyak orang tua murid dari kecamatan lain yang meminta vaksin DBD, tapi sesuai kesepakatan, kami menyasar di Balikpapan Utara dan Tengah terlebih dahulu," katanya.
Ia menambahkan kasus DBD disebabkan kebiasaan warga yang menampung air, hal itu akibat belum merata-nya pasokan air bersih, juga suhu di Kota Balikpapan yang berkisar 25-30 derajat celcius menjadi wadah yang nyaman untuk berkembangnya nyamuk. Guna mencegah berkembang biak nyamuk aedes aegypty, maka harus dilakukan pemberantasan terhadap jentik- jentik.
"Pemberantasan jentik selain dengan menaburkan obat pembasmi jentik yaitu dengan menabur bubuk abate, Pemkot Balikpapan juga telah berinovasi melalui kelambu air dinilai cukup ampuh untuk mencegah nyamuk masuk ke dalam wadah penampungan air sehingga nyamuk tidak bisa berkembang biak.
Sri Juliarty menambahkan pelaksanaan pilot project vaksinasi DBD di Kota Balikpapan mendapat perhatian dari media asing yakni BBC asal London. Mereka akan datang untuk melihat langsung dan akan mewartakannya.
"Kami sudah komunikasi melalui zoom, kemungkinan di bulan Februari mereka akan datang," ujar Sri Juliarty.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2024
"Vaksinasi DBD adalah sebuah inovasi untuk pencegahan dan penanggulangan kasus DBD yang di inisiasi oleh Pemerintah Provinsi Kaltim dan Pemerintah Kota Balikpapan," katanya di Balikpapan, Kamis.
Ia menyebutkan bahwa pencegahan dan penanggulangan kasus DBD melalui vaksinasi merupakan yang pertama di Indonesia. Vaksin diberikan secara gratis oleh pemerintah kepada masyarakat. Untuk pengadaan vaksin di anggarkan dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Pemprov Kaltim.
Sri Juliarty menjelaskan Kota Balikpapan sebagai pilot project menerima sebanyak 9.800 dosis, tahapan-nya mulai Juni 2023, sebelum di launching Pj Gubernur Kaltim pada 12 November di Gedung Kesenian Balikpapan yang bertepatan dengan momentum Hari Kesehatan Nasional.
Menurutnya vaksin sebanyak 9.800 dosis tersebut tentunya tidak mencukupi sehingga harus dikaji agar tepat sasaran. Dalam kajiannya itu, Dinkes Balikpapan melihat rentan usia yang rawan terkena penyakit dari gigitan nyamuk aedes aegypty yaitu usia 5-14 tahun.
"Maka usia itu yang menjadi sasaran kami, dan untuk memudahkan prosesnya, kami cari tempat mereka berkumpul yaitu di sekolah," ungkapnya.
Dikemukakannya bahwa kajian itu belum selesai, setelah melihat usia dan menentukan tempat vaksin Dinkes Balikpapan juga melihat tingginya kasus per kecamatan dari enam kecamatan yang ada di Kota Balikpapan. Dari enam kecamatan itu yang paling tinggi ada di Kecamatan Balikpapan Utara, kemudian Balikpapan Tengah, .
Sri Juliarty menuturkan bahwa pelaksanaan vaksinasi itu telah berjalan dan kini sudah mencapai 60 persen, kendati sempat terhenti beberapa saat yang disebabkan libur nasional.
"Saat ini juga banyak orang tua murid dari kecamatan lain yang meminta vaksin DBD, tapi sesuai kesepakatan, kami menyasar di Balikpapan Utara dan Tengah terlebih dahulu," katanya.
Ia menambahkan kasus DBD disebabkan kebiasaan warga yang menampung air, hal itu akibat belum merata-nya pasokan air bersih, juga suhu di Kota Balikpapan yang berkisar 25-30 derajat celcius menjadi wadah yang nyaman untuk berkembangnya nyamuk. Guna mencegah berkembang biak nyamuk aedes aegypty, maka harus dilakukan pemberantasan terhadap jentik- jentik.
"Pemberantasan jentik selain dengan menaburkan obat pembasmi jentik yaitu dengan menabur bubuk abate, Pemkot Balikpapan juga telah berinovasi melalui kelambu air dinilai cukup ampuh untuk mencegah nyamuk masuk ke dalam wadah penampungan air sehingga nyamuk tidak bisa berkembang biak.
Sri Juliarty menambahkan pelaksanaan pilot project vaksinasi DBD di Kota Balikpapan mendapat perhatian dari media asing yakni BBC asal London. Mereka akan datang untuk melihat langsung dan akan mewartakannya.
"Kami sudah komunikasi melalui zoom, kemungkinan di bulan Februari mereka akan datang," ujar Sri Juliarty.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2024