Samarinda (ANTARA Kaltim) - Uang yang beredar di Samarinda, Kalimantan Timur, berdasarkan data Bank Indonesia selama periode 2013 mencapai Rp11 triliun.

Hal itu disampaikan Wakil Wali Kota Samarinda, Nusyirwan Ismail, saat membuka Rapat Kerja Peningkatan Ekspor dan Investasi Daerah (Pepida) Kaltim dan Kaltara (Kalimantan Utara) di gedung serba guna Bank Indonesia Samarinda, Selasa.

"Sebagai kota berbasis jasa dan industri, perekonomian di Samarinda terus berjalan dinamis. Tren positif ini terlihat dari perputaran uang yang mencapai Rp11 triliun selama kurun waktu 2013. Perputaran uang paling besar hanya terjadi di Kota Samarinda dibanding 14 kabupaten/kota lainnya di Provinsi Kaltim dan Kalimantan Utara," ungkap Nusyirwan Ismail.

Menurut dia, pertumbuhan ekonomi Kota Samarinda dua kali lipat lebih cepat dari daerah lain di Kaltim.

Bukti lain, lanjut Nusyirwan Ismail, terlihat pada pertumbuhan arus barang di Terminal Peti Kemas(TPK) Pelabuhan Palaran.

"Di mana seharusnya, prediksi 2015 secara totalitas akan terjadi 250 ribu peti kemas yang keluar masuk di pelabuhan tersebut, tetapi hal itu sudah terjadi sekarang. Tentunya, ini di luar perkiraan sebelumnya," ujarnya.

Semua itu, menurut dia, terjadi karena kekuatan ekonomi Kota Samarinda yang berada di tangan pihak swasta.

Pemkot Samarinda, kata dia, terus berupaya untuk memperbaiki sistem pelayanan khususnya perizinan yang bertujuan untuk menjamin agar investor bisa terus menanamkan modalnya di ibu kota Provinsi Kaltim ini.

"Satu harapan saya sekarang, semoga realisasi penyelesaian pembangunan Bandara Samarinda Baru bisa tepat waktu, karena pada intinya keberadaan bandar udara dan pelabuhan merupakan sarana pemicu ekspor bisa berkembang pesat," ungkap Nusyirwan Ismail.

Rakor Pepida itu, menurut dia, dimaksudkan sebagai upaya mendorong ekspor dan investasi di dua provinsi yakni Kaltim dan Kaltara.

"Untuk itu, peserta yang hadir kami libatkan dari Pemkot dan Pemkab di 14 kabupaten/kota yang berada di provinsi Kaltim dan Kaltara dengan orientasi lapangan nanti mengambil lokasi Pelindo 4 di Sulawesi Selatan," kata Nusyirwan Ismail.

Ia berharap, melalui rakor ttersebut, setidaknya ada kebijakan mengenai peningkatan komoditi ekspor khusus untuk non migas.

Hal ini, lanjut Nusyirwan Ismail, untuk menyikapi agar Kaltim yang terkenal akan kekayaan alamnya seperti batu bara, minyak dan hutan tidak hanya selalu menjadi andalan dalam ekspor komoditas.

"Karena Samarinda saja selama 2012 mampu menyumbang ekspor non migas sebesar 18.77 persen dari total ekspor di Provinsi Kaltim," ungkap Nusyirwan Ismai. (*)

Pewarta:

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014