Samarinda (ANTARA Kaltim) - Sejak 2010 hingga kini SMAN 3 Samarinda, Kaltim, tiap tahun mengirimkan tiga siswa untuk mengikuti kursus satu bulan ke Jerman guna memperdalam bahasa Jerman sehingga setelah lulus sekolah akan mudah bekerja atau kuliah di negara itu.

"Perjalanan ke Jerman hingga kursus satu bulan bersama agenda lain yang diikuti, semua ditangung oleh Jerman, setelah selesai dan lulus, mereka akan mendapatkan sertifikat B1," ujar Kepala SMAN 3 Samarinda Abdul Rozak Falenediu di Samarinda, Selasa.

Sertifikat B1 adalah keterangan bahwa pemegangnya sudah memiliki keterampilan standar berbahasa Jerman. Sertifikat ini merupakan modal vital bagi lulusan SMA untuk dapat kuliah atau bekerja di Jerman.

Pernyataan itu disampaikan Rozak ketika menghadap Kepala Bidang Pembinaan SMP dan SMA Dinas Pendidikan Kaltim Asli Nuryadin. Saat itu Rozak ditemani Sri Widayati, guru Bahasa Jerman di SMAN 3.

Kehadiran mereka di ruang Asli Nuryadin karena ingin melaporkan keberhasilan siswa Kaltim yang mampu berkiprah bukan hanya di tingkat nasional, tetapi juga sudah di tingkat internasional baik mengenai olimpiade sain maupun berbahasa asing.

Seperti baru-baru ini dua siswanya yang mengikuti Olimpiade Bahasa Jerman Tingkat Nasional 2014. Keduanya masuk dalam 10 besar, yakni Gerald Fatya Mahendra di peringkat 4 dan Wahyu Abimanyu di peringkat 7.

Selanjutnya Gerald Fatya Mahendra mendapat tawaran atau undangan untuk mengikuti kursus atau Program Hospitasi di Jerman mulai 26 Juni hingga 26 Juli 2014 di Goethe Institute.

Biaya perjalanan mulai kota tempat tinggal hingga ke Jerman (PP), akomodasi, asuransi kecelakaan, dan kesehatan peserta selama di Jerman sepenuhnya ditanggung oleh pihak pengundang.

Kehadiran mereka menghadap Asli Nuryadin juga untuk mengadu bahwa tiap tahun terdapat tiga pelajar yang mendapat sertifikat B1 tersebut tidak semuanya anak dari keluarga mampu secara ekonomi, sehingga mereka tidak sanggup kuliah di Jerman setelah lulus dari SMA.

Untuk itu mereka berharap agar mereka yang memiliki talenta tersebut mendapat beasiswa dari Pemprov Kaltim baik melalui Beasiswa Kaltim Cemerlang maupun bentuk beasiswa lain.

"Pada 2011 pernah kejadian, ada satu anak lulusan SMAN 3 Samarinda yang berangkat ke Jerman untuk kuliah, tetapi sampai di sana orang tuanya tidak mampu membiayai kuliah karena tergolong sangat mahal, akhirnya anak tersebut berhenti kuliah dan kerja di sana sampai sekarang," kata Sri Widayati.

Hal-hal semacam itu seharusnya menjadi perhatian pengambil kebijakan baik di di Pemerintah Samarinda maupun Pemkot Kaltim, karena para generasi muda yang memiliki kemampuan lebih itu merupakan aset bangsa, sedangkan mereka tidak mampu melanjutkan sekolah karena faktor ekonomi.(*)

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014