Setelah tertahan di medan lumpur berat di kawasan Bukit Bangkirai, peserta Touring Offroad Borneo Tribute akhirnya bisa ngebut di jalan hauling dan juga jalan logging.
 

“Jalannya lebar, perkerasan dengan gravel (kerikil) dan laterit (tanah merah keras), terpelihara pokoknya,” kata dr Erry Dewanto, offroader dari Surabaya yang mengendarai Land Rover Series, Jumat.

Dari jalan hauling batu bara PT Singlurus Pratama, peserta masuk Jalan Trans Kalimantan ke arah Ibu Kota Negara (IKN) di Sepaku, namun segera masuk jalan tanah kembali, ke jalan logging PT ITCI sampai ke Jonggon, Loa Kulu, dekat Tenggarong, Kutai Kartanegara.

Di jalan logging hutan tanaman akasia itu, mobil-mobil Borneo Tribute membentuk formasi konvoi longgar dengan lampu-lampu besar dinyalakan karena jalanan kering dan beberapa waktu tak hujan, debu pun berterbangan.

“Kami juga berhenti di lokasi dulu pada Camel Trophy 1985, seluruh tim yang terkepung banjir di bagian hulu Sungai Jembayan dievakuasi ke Kampung Rempanga di hilir dengan helikopter,” kata pemimpin perjalanan Greefion Kamil.  

Ketika itu panitia Camel Trophy menyewa helikopter dari Airfast, perusahaan jasa pengangkutan udara yang biasa melayani perusahaan-perusahaan migas di Balikpapan mengangkut berbagai peralatan pengeboran dari darat ke rig di tengah laut.

Maka selama 3 hari, helikopter Sikorsky S-58ET, 6 jam per hari, bolak-balik membawa Land Rover 90 dari hulu Jembayan ke Kampung Rempang.

“Tidak pernah ada perjalanan offroad seperti itu sebelumnya,” kata Fion. Sampai bertahun-tahun kemudian, kisah Land Rover diangkut helikopter itu masih terus diulang-ulang dan menjadi catatan sejarah bagi para penggemar petualangan offroad jarak jauh.

Dr Erry Dewanto dan mobil-mobil Borneo Tribute di jalan logging PT ITCI, Kamis 25/5/2023. (Antaranews Kaltim/HO-ED)

Begitu ke luar dari hutan, rombongan Borneo Tribute langsung menuju Tanjung Isuy di Kota Bangun, 70 km barat Tenggarong, ibu kota kabupaten terkaya di Indonesia, Kutai Kartanegara.

“Tengah malam baru sampai Kota Bangun, jalannya susah, banyak lubang di mana-mana. Kecepatan mobil tidak lebih dari 30 km per jam dan seringkali kurang,” kata dr Erry.

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Abdul Hakim Muhiddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2023