Ketua DPRD Kabupaten Cianjur Ganjar Ramadhan, meminta pemkab setempat serius menangani kemisikinan ekstrem yang membuat daerah itu masuk dalam wilayah tertinggi kelima di Provinsi Jawa Barat, dengan jumlah warga miskin ekstrem mencapai 90 ribu jiwa.

Padahal, katanya di Cianjur, Rabu, Kabupaten Cianjur selama ini terkenal sebagai "lumbung padi"  di Jabar.

"Jangan sampai peribahasa 'tikus mati di lumbung padi' menjadi fenomenal di Cianjur, karena berbagai potensi yang dimiliki cukup banyak,
terutama di bidang pertanian. Ini harus menjadi fokus pemkab untuk menciptakan berbagai lapangan kerja dan usaha, jangan hanya sekedar
program pengentasan," katanya.

Ia menjelaskan program pengentasan kemiskinan yang dilakukan selama ini, tidak hanya semata memberikan berbagai macam bantuan sosial, termasuk
pemberian bantuan langsung tunai, karena program tersebut dinilai tidak tepat sasaran, namun lebih membuat warga penerima menjadi pemalas,
bahkan sebagian kecil warga mampu ingin mendapat bantuan.

Ketersediaan lahan milik pemerintah di Cianjur mulai dari tingkat desa hingga pusat, kata dia, banyak yang terbengkalai, padahal seharusnya bisa dijadikan sebagai modal untuk membangun kembali ketahanan pangan atau ladang bagi warga untuk mencari nafkah, ditunjang dengan bantuan pelatihan,pembibitan hingga permodalan oleh dinas terkait.

"Banyak lahan yang telantar atau lahan pemerintah yang dapat diberdayakan, sehingga warga yang masuk dalam kategori miskin ekstrem,
dituntut untuk menjadi pelaku usaha berbagai bidang, termasuk pertanian, pemerintah daerah sebagai pendamping dapat memberikan berbagai
kemudahan," katanya.

Saat mereka sudah berkarya, kata Ganjar Ramadhan,, setidaknya dapat mengangkat status ekonominya dan mengajak orang lain, layaknya penerima Program Keluarga Harapan (PKH) yang sukses mengambangkan berbagai bidang usaha, sehingga beralih sebagai penyedia lapangan kerja untuk orang lain.

Bupati Cianjur Herman Suherman mengatakan untuk mengentaskan kemiskinan dan kemiskinan ekstrem di Cianjur, pihaknya akan melibatkan
seluruh dinas alias "keroyokan" dalam penanggulangan, termasuk memberdayakan lembaga yang ada di desa, dalam meningkatkan status
perekonomian warga dari utara hingga selatan.

Bahkan pihaknya menjadikan 25 desa di lima kecamatan sebagai percontohan dalam penanganan kemiskinan ekstrem, di mana dinas terkait tengah
mempersiapkan sejumlah program serta melakukan validasi data. Angka warga miskin di Cianjur berdasarkan DTKS mencapai 300 ribu jiwa,
sedangkan tingkat kemiskinan ekstrem mencapai 90.480 jiwa.

"Sebanyak 90 ribu warga miskin tersebut tersebar di 354 desa di 32 kecamatan, sehingga kami mengambil 25 desa sebagai percontohan penanganan
kemiskinan kritis yang sebagian besar terletak di wilayah selatan Cianjur, dengan harapan setelah dilakukan penanganan dapat terjadi
peningkatan perekonomian," demikian Herman Suherman.


 

Pewarta: Ahmad Fikri

Editor : Gunawan Wibisono


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2021