Tana Paser (ANTARA Kaltim) - Di mata publik, penilaian terhadap kinerja polisi bervariasi, tergantung dari aspek dan dimensinya, antara lain dari aspek pemberantasan perjudian, penangkapan buronan dan perlindungan terhadap aksi kriminalitas pencurian terhadap warga.

Jika publik ditanya mengenai kinerja kepolisian, tentu jawabannya akan beragam pula tergantung bagaimana dan dari sisi apa mereka menilai.

Lalu apa jadinya pula jika aparat penegak hukum itu memberikan penilaian terhadap kinerjanya sendiri?.

Ketika menggelar jumpa pers akhir tahun 2012, pada Senin (31/12) lalu, jajaran Kepolisian Resor Kabupaten Paser secara gamblang mengungkapkan hasil evaluasi terhadap kinerja mereka sepanjang 2012, yang dinilai belum memenuhi harapan masyarakat.

"Kami meminta maaf jika kinerja kami sepanjang tahun 2012 belum memenuhi harapan masyarakat". Pengakuan tulus itu meluncur dari  mulut Kepala Kepolisian Resor Paser, Ajun komisaris Besar Polisi (AKBP) Ismahjuddin SIK.

Sementara para perwira polisi di antaranya para kepala satuan maupun para kepala kepolisian sektor tampak seksama mendengarkan paparan atasannya itu, termasuk Wakapolres Paser Kompol Wahyu Kuncoro yang duduk di samping Kapolres.

"Namun kami akan tetap bekerja semaksimal mungkinl," lanjut  perwira dengan pangkat dua melati di pundak itu meneruskan paparannya.

Apa yang diungkapkan  Ismahjuddin memang beralasan, sebab dari data pengungkapan kasus kriminalitas sepanjang 2012 mengalami penurunan mencapai 17,37 persen dibandingkan pengungkapan kasus kriminalitas pada 2011.

Penurunan penyelesaian kasus yang paling mencolok pada tahun 2012 adalah kasus pencurian kendaraan bermotor (Curanmor) yakni 10, 25 persen dibandingkan tahun 2011. Pada tahun 2012 jumlah kasus curanmor mencapai 116 kasus sementara tahun 2011 hanya 66 kasus.

Dari jumlah 116 kasus curanmor, polisi hanya mampu mengungkap 39  kasus atau hanya 33 persen  saja.  Padahal  jika  menilik data 2011,  jumlah pengungkapan kasus  curanmor  mencapai  di atas  50 persen.

Menurunnya data pengungkapan kasus curanmor yang  telah meresahkan warga  Paser  ini  memantik  salah seorang wartawan  yang  hadir dalam jumpa pers  bertanya kepada Kapolres.   

"Ada apa dengan jajaran reserse kriminal,  kok  kinerjanya buruk, jumlah kasus meningkat sementara pengungkapan minim,"  tanya wartawan itu.

Kepala Satuan Reserse dan Kriminal AKP Widjanto yang hadir dalam jumpa pers tampak tenang mendengar kritikan yang ditujukan kepada satuan yang dipimpinnya.

Biasanya seperti  jumpa pers tahun lalu,  Kapolres  selalu  memberi kesempatan kepada  para kepala satuan untuk menjawab jika  ada  pertanyaan, namun dalam jumpa pers kali ini semua jawaban "diborong" Kapolres.

Menurut  Kapolres,  jajaran reskrim sudah berupaya  semaksimal mungkin untuk menekan kasus Curanmor.  
"Upaya pencegahan, baik patroli, penyuluhan maupun himbauan melalui spanduk, baleho, sudah kami lakukan, namun upaya ini belum maksimal menekan kasus curanmor jika tidak dibarengi dengan partisipasi warga seperti kehati-hatian para pemilik kendaraan. Kami sering mengimbau agar pemilik  kendaraan memiliki kunci ganda," kata Ismahjuddin.    

Sementara itu, Wakil  ketua LSM  Kemitraan untuk Pembaruan Kepolisian (Marka) Rusdiansyah mengatakan kasus curanmor sudah meresahkan warga Kota Tana Paser. Karena itu,  ia mengingatkan Kapolres Paser agar  memberikan perhatian terhadap kasus curanmor  ini.
 
"Ini tantangan berat bagi Kapolres, terutama jajaran reskrim  agar  mampu bekerja keras mengungkap kasus  curanmor  ini," katanya.


Masalah sosial

Kapolres Paser AKBP Ismahjuddin mengakui salah satu faktor penyebab menurunnya pengungkapan kasus  kriminal sepanjang 2012 adalah terkurasnya energi Polres Paser yang tersita untuk menangani  masalah-masalah konflik sosial di Kabupaten Paser.   

"Karena kami fokus ke masalah besar, akibatnya kasus kriminal  biasa sering luput dari pantuan. Sebenarnya ini bukan pilihan, tetapi kenyataannya kami dihadapkan pada dua pilihan. Kalau disuruh memilih tentu kami akan memprioritaskan menangani kasus yang berdampak pada konflik sosial," katanya.

Dari data permasalahan sosial yang dipaparkan Kapolres Paser  sepanjang  tahun2012 dan  berpotensi menimbulkan konflik sosial adalah  masalah sengketa lahan antar warga dengan warga, antara warga dengan perusahaan maupun ekses dari aksi politik lokal seperti wacana  pemekaran Paser Tengah maupun  Paser Selatan.

Bahkan ada upaya  dari salah satu tim sukses pemekaran  untuk menggagalkan upaya pemekaran kabupaten lainnya. (*)

Pewarta: R Wartono

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013