Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Samarinda, Kalimantan Timur menggandeng PT Garuda Sinar Perkasa (GSP) untuk melakukan pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel atau bahan bakar mesin diesel.


Wakil Wali Kota Samarinda Rusmadi di Samarinda, Kamis, mengatakan program pemanfaatan jelantah tersebut diaplikasikan dalam program Jelantah Membangun Samarinda ( Jeng Rinda).

Ia mengatakan jelantah yang selama ini dianggap sebagai limbah ternyata dapat dikelola menjadi bahan bakar mesin dan bernilai ekonomis.

"Limbah minyak goreng atau jelantah ini bisa dikelola dan bermanfaat, per satu liter jelantah harganya Rp7 ribu, yang kemudian diolah menjadi biodiesel," katanya.

Rusmadi menegaskan bahwa pemanfaatan jelantah faktanya juga bisa berdampak mengurangi potensi banjir di Kota Samarinda.

"Jelantah ini mempunyai kandungan lemak tinggi dan ketika menempel di dinding-dinding saluran drainase maka bisa menghambat jalannya air," kata Rusmadi.

Ia mengimbau masyarakat Samarinda untuk mengumpulkan jelantah agar bisa dimanfaatkan baik untuk dikelola secara mandiri maupun bersama-sama.

Menurut Rusmadi, melalui program Jeng Rinda telah diterapkan sistem donasi kepada masing-masing pegawai kelurahan, kecamatan, dan seluruh OPD diberikan satu jerigen untuk diisi jelantah.

Ia menjelaskan pengelolaan jelantah di tingkat RT akan masuk dalam program Probebaya Rp 100 juta sampai Rp300 juta per RT per tahun.

"Dananya bisa digunakan untuk masing-masing RT, sasaran kami lingkungan terjaga dan ada nilai ekonomis," kata Rusmadi.

Sementara itu, Kepala DLH Samarinda Nurrahmani mengatakan, pemanfaatan jelantah selain bernilai ekonomis juga bisa bermanfaat untuk mengendalikan pencemaran badan air dan tanah.

Melalui program Jelantah Membangun Samarinda (Jeng Rinda) pada Kamis 25 Maret 2021, pegawai Pemkot Samarinda diminta mengumpulkan jelantah yang kemudian diserahkan kepada PT GSP untuk dijadikan bahan baku biodiesel.

Ia menyebut kerjasama dengan PT GSP ini telah berlangsung sejak 2019 dan sudah berjalan namun sempat terhenti sesaat akibat pandemi.

"Mulai 2017 membangun sinergi, kemudian 2019 diaplikasikan. Hari ini kembali kami canangkan," kata Nurrahmani.

Ia membeberkan pengelolaan jelantah pada 2019 adalah 432.400 kilogram per tahun, dan pada 2020 sebanyak 328.000 kilogram per tahun.

Diketahui, harga jelantah sebagai bahan baku biodiesel saat itu adalah Rp 3 ribu per liter pada 2019 dan 2020. Maka diperoleh Rp1.297.200.000 pada 2019 dan Rp984 juta pada 2020.

Sebagian hasil pengelolaan Jeng Rinda pada 2019 yang berjalan dari Oktober-Desember disumbangkan ke SD 02 Sungai Kapih Samarinda yakni berupa pembangunan enam wastafel.

"Donasi ini berasal dari empat hotel, satu rumah makan, dan satu usaha waralaba. Mereka mendonasikan 10 persen jelantah mereka," urainya.

CEO PT GSP Puput Deni Iswara mengatakan, bahan baku biodiesel hasil kerja sama DLH Samarinda diekspor ke Eropa.

"Dana yang masuk dikumpulkan ke rekening bersama yang dibuka DLH," kata Puput.
 

Pewarta: Arumanto

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2021